#Part 54 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

4.3K 219 70
                                    

Hari ini hari dimana Dani bekerja kembali. Dia berangkat pagi pagi sekali.
Aktifitas ku hari ini hanya mengantarkan Hafiza ke sekolah, toko kue ku serahkan kepada Sifa.

Seperti biasa, aku menunggu Hafiza di depan sekolah.
Beberapa minggu lagi genap lima tahun usianya, dokter Farhan sudah menyiapkan perayaan ulang tahun untuk Hafiza.

Bukan perayaan pesta ulang tahun potong kue ataupun tiup lilin, melainkan ia akan mengajak kami jalan-jalan ke luar negri bersama.
Dokter Farhan akan menepati janjinya kepada Hafiza. Naik pesawat terbang seperti yang Hafiza inginkan.
Aku sudah menolaknya, namun dokter Farhan tetap kekeh mengajak kami.

Ya Allah...
Sungguh aku tidak bisa membohongi hati, aku belum bisa mencintai dokter Farhan.
Aku tidak bisa membohongi diri, aku tidak siap menjadi istrinya dalam waktu dekat ini.

Tetapi bagaimana caranya aku mengatakan perasaan ini?
Bagaimana dengan perasaan dokter Farhan nanti?
Lalu bagaimana perasaan Dani dan Hafiza?

Ya Allah apa mungkin mereka akan membenciku? apa mungkin Dani akan kehilangan pekerjaan nya?
Apa mungkin Hafiza akan bersedih karena gagal mempunyai seorang ayah? apa mungkin Hafiza bisa mengerti dan menerima kenyataan, bahwa dokter Farhan bukanlah ayah kandung nya.

Setiap hari, aku di hantui rasa ini, takut dan bimbang tiada henti.

"Assalamu'alaikum,"

" Wa'alaikumsalam. Mas Rey?ataghfirullah, maaf."

Ternyata Abu, adik dari dokter Farhan yang datang, spontan aku menyebut nama mas Rey ketika membukakan pintu. Wajahnya mirip sekali dengan mas Rey, benar-benar sama persis.

Abu menghampiri ku dengan membawa sesuatu di tangan nya.

"Ini calon suami ibu Ratih ya?"

Tanya salah seorang ibu yang duduk di sebelah ku.

"Serasi sekali ya. Istrinya cantik, suaminya ganteng." sambung ibu yang lain.

Aku sedikit menggelengkan kepala, dan melirik ke arah Abu. Dia hanya tersenyum menanggapi mereka.

"Jangan malu-malu, kan sebentar lagi halal," ledek nya.

"Ya sudah kami takut mengganggu, kami pindah ke sana ya,"

Belum sempat ku jawab, mereka sudah menjauh berpindah tempat.

"Ya Allah, maaf ya mereka salah paham." ucapku.

"Iya tidak apa-apa, mana Hafiza?"

"Hafiza belum keluar, ada apa?
tumben kemari, atau ada pesan kah dari dokter Farhan? e..eh mas Farhan maksudku."

Bergetar hati memandang Abu, aku merasa sedang bertemu dengan mas Rey saat ini. Andai itu kamu, mass!

"Hehe tidak ada pesan, tadi kebetulan aku lewat sini, sekalian aku belikan ini buat Hafiza," senyum nya.

Dia memberikan sesuatu yang di bawanya, ternyata itu untuk Hafiza darinya.

Baru kali ini, aku begitu bahagia menerima sesuatu dari tangan Abu untuk Hafiza.
Aku tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Ingin rasanya aku ungkapkan semua isi di dalam hatiku ini, tapi aku sadar Abu adalah orang lain di hidupku.

Abu baik padaku dan Hafiza mungkin karena dia tau, sebentar lagi ia akan menjadi adik iparku dan om Hafiza.

Aku ingat betul, saat pertama kali kita bertemu. Abu tidak mau dekat-dekat denganku.
Bahkan mungkin, Abu menganggap aku sudah gila, karena aku terus memanggilnya dengan sebutan Mas Rey.

***

🌺 [POV ABU] 🌺

Kenapa dengan diriku? mengapa aku selalu memikirkannya?

Kenapa dengan hatiku ini? kenapa dengan perasaan ku yang semakin tidak jelas!

Aku merasa, aku pernah mengenalnya. Aku seperti sudah sangat dekat dengan nya.
Bahkan hatiku selalu bergetar jika bertemu dengan nya.
Aku nyaman dan tenang, hati ini semacam ingin mengutarakan kerinduan, tetapi mana mungkin?
Aku belum pernah mengenal wanita itu, wanita yang saat ini sudah menjadi milik mas Farhan, kakak ku sendiri.

Setiap kali aku mendengar nama nya, disitulah aku merasa nama itu tidaklah asing bagiku.

"Ratih"

Iya, nama itu yang selalu terngiang ngiang di pikiranku.
Semenjak aku berjumpa dengan dia, sejujurnya aku selalu memikirkanya. Aku sengaja mencari dimana tempat tinggal nya, aku menyesal ketika awal bertemu dengan nya, aku tidak memberikan kesempatan Ratih untuk berbicara lebih.

Hingga sampai pada akhirnya aku tau, ternyata dia adalah calon istri mas Farhan.
Pupus sudah harapanku, aku tak bisa lagi menyimpan harapan untuk mengenalnya lebih jauh lagi.

Bahkan di hari pertunangan mas Farhan, aku hanya bisa tersenyum palsu. Aku marah dengan diriku setelahnya, mengapa aku cemburu melihat mereka berdua bersama?
Padahal mas Farhan lah yang datang lebih awal di kehidupan wanita itu.
Padahal mas Farhan lah yang lebih dulu memberikan cinta dan sayang padanya, bukan aku!

Kenapa dengan hati ini ya Allah.

Aku tidak pernah menyukai wanita seperti ini. Aku tidak pernah merasakan getaran hati sehebat ini.

Apa aku benar benar mencintai nya?

"Ya Allah, sadarkan aku.
Hilangkan rasa yang aneh ini, karena ini adalah kesalahan.
Rasa sayang ini tumbuh begitu saja tanpa ku minta, jaga hatiku ini ya Allah, agar fokus hidup mengejar akhirat. Perihal jodoh, maut dan rezeqi aku serahkan seluruhnya padamu."

Hafiza adalah anak yang paling aku kagumi, saat berjumpa dengan nya hatiku merasa tenang dan damai.
Apalah daya, aku tidak bisa berlama lama dekat dengan Fiza sebelum aku resmi menjadi om nya.

Abu ingat, dia adalah calon keponakanmu. Ibunya adalah kakak iparmu.
Jangan terus kau tumbuhkan perasaan ini, jangan biarkan nafsu menguasai dirimu. Jaga perasaan mu selalu, jaga hatimu.
Jangan sakiti perasaan mas Farhan hanya karena ego, memang saat ini kamu mencintainya diam-diam, tetapi belum tentu dia juga mencintaimu. Ingat itu!
Dia milik mas Farhan, dia mencintai kakakmu, bukan kamu.

Ku hela nafas panjang.

Lalu siapa yang selalu ia sebut, mas Rey itu? mengapa dia mengira aku adalah Rey?

Siapa dia, kenapa Ratih terlihat begitu bahagia memanggil nama itu.
Terlebih lagi saat pertama kali kami saling bertemu. Aku tau, dia sangat mencintai nama itu.

Apa Rey adalah mantan suaminya?
Lalu kemana Rey sekarang?
Mengapa mereka harus berpisah jika masih saling mencintai?

***

"Apa ini!"

Ku hampiri Sifa yang sedang sibuk membaca novel-novelnya. Hafiza sudah tidur, sedangkan Dani sudah berangkat bekerja.
Aku memberikan sebuah buku diary berwarna biru kepada Sifa.

Iya, ini adalah buku diary Sifa yang ku temukan sore tadi di tempat pembuangan sampah.
Aku menemukan buku ini dalam keadaan sudah hangus terbakar.
Separuh buku sudah menjadi abu, namun separuhnya lagi masih utuh.

Karena penasaran, saat itulah aku membaca isi buku tersebut. Aku curiga, kenapa Sifa membuang buku rahasia diam-diam.
Bukan hanya membuang, namun membakarnya!

Sifa terlihat sangat panik melihat buku diary nya sudah berada di tanganku.
Sifa membereskan buku novel novelnya di rak buku, kemudian terdiam membisu. Ia sempat mengambil paksa buku nya, tetapi aku lebih cepat menjauhkan buku dari tangan Sifa.

"Ambil ini, maaf mba sudah membaca sisa tulisan di dalamnya!"

***

Bersambung ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang