JS 20 [Dimana mereka?] ☑️

6.5K 296 58
                                    

Aku di bawa oleh lorong bercahaya terang, yang berada di dalam batang pohon.
Perjalanan dari batang pohon tidak membutuhkan waktu lama seperti sebelumnya. Aku tidak merasa takut karena batang pohon itu membawaku dengan sangat halus, sampai aku saja tidak merasakan goncangan sedikitpun.

Sekarang aku sudah sampai di tempat sama persis seperti di dalam mimpi, tempat dimana mas Rey di cambuk, di gantung tanpa ujung.
Dunia mimpi kemarin, saat ini menjadi kenyataan, di sinilah tempat dimana aku sangat ketakutan, hingga kemudian aku bisa terbangun dari mimpi buruk itu.

Tapi untuk sekarang? Aku tidak mungkin terbangun, saat ketakutan itu mulai melandaku.
Aku harus siap dengan apa yang akan terjadi, aku harus bisa melawan rasa takut itu demi keselamatan mas Rey.

"Ya Tuhanku, beri aku keberanian dan berikan  keajaibanMu."

🔥

Bangunan yang sudah tua, namun masih berdiri sangat kokoh. Tempatnya sangat kumuh dan kotor, hawa panas setelah memasuki ruangan tempat dimana ada kobaran api melingkar, menyala-nyala.

Ada sebuah batu hitam legam yang sangat besar, di sanalah tempat persembunyianku saat itu.

"Tapi, dimana mas Rey? kenapa aku tidak melihatnya disini? Dimana semua mahluk jahat itu? Mereka tidak ada di sini! Ruangan luas ini sunyi seperti tidak berpenghuni."

Sejak aku sampai kemari, tidak ada  satupun dari mereka yang ku jumpai. Tempat ini sepi dan hening, hanya ada suara percikan api dari lingkaran besar itu.
Aku berjalan melangkah mendekati tempat terikatnya mas Rey di dalam mimpiku, tapi mas Rey tidak ada disana.
Hanya ada api yang semakin berkobar, membuat diriku tidak bisa berlama-lama di ruangan panas ini.

"Kemana kamu mas Rey, apa kamu sudah berhasil keluar dari tempat ini?Apa kamu telah bebas? Tapi, kenapa kamu tidak menemuiku?" Tundukku.

"Kamu dimana mas Rey? Apa mungkin kamu telah masuk ke dalam lingkaran berapi itu? Apakah mas Rey sudah,-----"

"Astagfirullah! Tidak!"

"Mas Rey pasti selamat, dia masih hidup, Ratih! Kamu sudah jauh-jauh sampai ke tempat ini untuk menolongngnya! Kamu bisa menolong mas Rey dan pulang bersama dengan selamat!" Ucapku bermonolog.

"Aku belum terlambat! Aku harus mencari mas Rey sekarang."

Ku langkahkan kaki mencari dimana keberadaan mas Rey. Berjalan dan terus berdoa supaya di berikan petunjuk oleh Allah.

"Jika boleh berkata jujur, aku takut ada di tempat ini ya Allah, namun aku harus berani! Hilangkan lah rasa takut ini, tolong berikan petunjuk-Mu."

[Allahuma inna naj'aluka fi nahurihim wa na'udzubika min syuruuu rihim].

(Doa ketika merasa takut)

[Allahuma inni as-alukal'afwa wal afiyata fid dunya wal akhiroh. Allahumma inni as-alukal a'fwa wal 'afiyata fi dini wa dunyaya wa ahli wa mali. Allahummastur 'auroti wa amin row'ati. Allahummahfadzni min baini yadayya wa min kholfi wa min yamini wa 'an syimali wa min fauqi wa a'uzubika bi 'adzamatika an ughtala min tahti.]

(Doa keselamatan)

🔥

Setelah lelah mencari, aku sampai ke ruangan bercabang, dimana ada banyak sekali arah.
Setiap arah terdapat ruangan gelap yang sangat luas, bahkan lebih luas dari ruangan sebelumnya. Aku termenung diam sesaat, memikirkan ruangan mana yang harus aku singgahi terlebih dahulu?


"Dimana kamu mas Rey!" Keluhku memejamkan mata, lelah sekali rasanya.

Tiba-tiba selendang hijau yang masih ku bawa itu terjatuh.

Bagaimana mungkin selendang itu bisa terjatuh? Padahal sudah ku ikatkan dengan erat!

Selendang hijau, terjatuh dengan posisi tegak lurus.

"Apakah ini berarti, aku harus berjalan lurus ke depan?" Pikirku.

Semua berjalan bukan dengan logika, tapi memang sering kali berjalan di luar nalar manusia.
Ku ambil selendang itu kembali dan berjalan lurus ke depan mengikuti arah.

"Bismillah, semoga ini adalah jalan yang benar."

Panjang sekali ruangan ini, ternyata setelah di lalui tempat ini sangat sempit dan gelap seperti lorong.t
Aku hanya mengandalkan dinding di sisi kanan dan kiri agar bisa tetap berjalan lurus ke depan dengan nafas tersengal karena ruangan sangat engap dan berbau khas bangunan terbengkalai.

Benar saja, ketika aku berhasil melewati ruangan sempit itu, terdengar banyak sekali suara sorak sorai dari pintu di ujung ruangan.
Aku mendengar mereka sedang tertawa terbahak-bahak dengan geraman menakutkan.

Setelah mendekati pintu, suaranya semakin jelas terdengar. Namun, baru saja melangkahkan kaki ke ruangan tersebut, aku sudah terpental jauh hingga tulang-tulangku terasa remuk, karena terbentur dinding sangat keras dan jatuh di atas batu kecil yang tajam, sehingga membekas luka memar di sekujur badan.

Bersusah payah bangkit, dan mencoba kembali melangkahkan kaki ke dalam, namun hal yang sama terjadi lagi.
Bahkan aku sampai terbentur beberapa kali karena tubuhku terasa ringan melayang ke udara.

Aku merintih kesakitan, nyaris tidak bisa bangkit untuk yang ketiga kalinya. Tulang terasa hancur, otot seperti terputus begitu saja, tidak bisa ku bayangkan betapa sakitnya.

"Ra-tih" Ucap suara yang tidak tahu ada dimana.
Aku bisa mendengarnya bicara, melalui kata hati. "Siapa dia?"

"Lilitkan selendang itu ke tubuhmu, lalu kibaskan di sertai doa. Percayalah, sakit itu akan hilang sendirinya!" Ucap suara itu kembali.

Meskipun ragu, aku langsung mencobanya dan berharap itu adalah petunjuk lagi untukku.

"Aku sembuh! Badanku nggak sakit lagi!"  Girangku, ketika mendapati sakit di seluruh badanku itu menghilang .

Entah.

Dengan cepat, aku memasuki ruangan itu dengan mudah, "Allahu akbar!"

Pintu berhasil di buka!

Aku masuk ke dalam ruangan dengan sangat berhati-hati.
Ratih beringsut mundur setelah melihat, .......................

🔥

Apa yang Ratih lihat di ruangan itu?

BERSAMBUNG ...

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang