#Part 38 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

5.1K 285 89
                                    

Tiga bulan setelahnya, toko kue sudah menjadi hak milik kami. Berawal dari menyewa hingga akhirnya impian kami mempunyai toko kue terwujud, kami sudah bisa memperkerjakan 3 karyawan di sini.

Sejak ada karyawan di toko, aku lebih banyak mempunyai waktu bermain dengan Hafiza. Dani pulang setiap satu minggu sekali, karena jarak rumah sakit Wijaya jauh dari tempat kami tinggal.

***

"Nak minta sedekahnya."

Tiba tiba seorang nenek berjilbab hitam menghampiri ku. Nenek itu menundukan pandangan nya dengan mengarahkan satu tangan nya kearah ku.

"Nenekk,"

Apa benar itu nenek Tohir?

Ya Allah, apa benar itu nenek? nenek datang kemari menemui ku?

Aku mendekati nenek dan memanggil nya. Ternyata dugaan ku salah, nenek itu bukan nenek Tohir, wajahnya berbeda, hanya jilbabnya saja yang mirip.

Aku rindu nenek Tohir, aku rindu, kapan kami bisa bertemu?

Aku terdiam di depan nenek itu.

"Ibu," Hafiza menyentuh tangan ku.

"Astaghfirullah."

Aku memikirkan nenek Tohir dan berdiri diam tanpa kata. Ku ajak nenek itu untuk mampir ke dalam toko, mungkin saja dia lapar, namun nenek itu tidak mau melangkahkan kakinya masuk ke dalam, nenek menolak dengan alasan tidak mau mengotori lantai.

"Tidak nak terimakasih, nenek tidak mau mengotori lantai bagus ini dengan kaki nenek yang sangat kotor."

Memang nenek yang ada di depanku tidak memakai alas kaki. Namun kakinya tertutup nyaris tak terlihat karena gamis panjangnya.

Astaghfirullah, aku terus saja memaksanya, namun nenek itu tetap kekeh tidak mau melangkahkan kakinya.

Aku mengambil uang 3 lembar warna biru dari baju gamis dan ku berikan padanya. Terlihat nenek itu sangat bahagia melihat uang lima puluh ribuan yang ia terima di tangan nya tetapi nenek langsung menciut.

"Ini terlalu banyak, nenek tidak bisa menerima,"

"Terima ya, ini rezeqi nenek hari ini." ucapku memaksa.

Kemudian aku berikan kue ke dalam box untuk nenek tersebut makan.

Ada senyum kembali di wajahnya.
Tidak henti hentinya nenek itu mengucapkan terimakasih dan mendoakan kelancaran rezeki sebelum beliau pergi.

***

"Mba Ratih, kalau mau pulang ke rumah duluan gapapa ya mba, nanti aku yang bantuin karyawan disini, lagian Hafiza perlu tidur siang."

"Iya sudah mba pulang dulu, nanti kalo ada apa-apa, telfon mba aja ya,"

"Siap mbak ku, " tawanya.

***

Sejak kami pindah rumah sampai sekarang, kami sudah seperti kakak beradik sekandung. Bukan hanya hal kerjaan dan keluarga, bahkan hal yang lain, Sifa tak sungkan sungkan menceritakannya padaku. Namun aku masih menutup rapat tentang kisah hidupku, biarlah ini menjadi sejarah kisah terindah dan terpahitku.

Terindah karena aku bisa mengenal mas Rey dan saling mencintai sesudah kepahitan itu. Namun pada akhirnya, berubah menjadi pahit kembali seperti sekarang ini. Kita harus berpisah karena keadaan dan entahlah!

Aku segera mengusap butir air mata yang hendak keluar dari mataku.

***

Tak membutuhkan waktu lama, Hafiza tertidur memeluk boneka yang selalu ia bawa. Aku memandang lama wajah Hafiza, wajahnya mengingatkan aku pada mas Rey.
Bibirnya yang tipis itu sangat persis dengan mas Rey.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang