#Part78 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.1K 171 40
                                    

"Maa, maa bangun! Mama kenapa!"

Dani menggoyang goyangkan badanku, begitupun Sifa.
Sifa sibuk mengoleskan sedikit minyak kayu putih ke hidungku.

"Ya Allah, mba Ratih kenapa? Tiba tiba berteriak histeris. Kami sangat khawatir mba! Untung saja, kunci cadangan kamar, tergantung di belakang TV, kalau tidak. Kita tidak bisa masuk,"

"Adik Fiza, sayang. Adik Fiza nak!
Kasian dia, ya Allah. Apa yang harus mama lakukan,"

Ku peluk Dani anakku, aku sangat mencemaskan Hafiza.

"Ceritakan bagaimana ma, ceritakan!"

"Ceritakan, apa yang mba lihat!" Sifa ikut mendesak.

Dani memberiku air putih, ku tegukan tiga teguk air minum agar bisa lebih tenang.
Ku ceritakan semuanya, tentang keberadaan Hafiza dan keanehan disana. Kujelaskan sambil menangis, kedua tanganku sibuk mengusap airmata yang terus mengalir.

"Mba, tenang ya. Ini hanya bunga tidur"

Begitu gampangnya Sifa mengatakan itu, dia tidak tau. Sebelum sebelum ini aku juga pernah bermimpi!
Itulah yang aku takutkan, Dia bahkan tidak mempercayaiku, bagaimana jika aku menjelaskan tentang perjalanan ku dengan mas Rey, dan kujelaskan siapa sebenarnya Hafiza.
Sudah di pastikan, aku di anggap sedang berhalusinasi atau sudah gila.

"Hafiza, pulanglah nak. Kamu pasti baik baik saja,"

Tak henti henti nya mulutku memanggil nama Hafiza.

Sedih sekali rasanya. Ingin sekali ku bawa anakku dan segera memeluknya. Tapi apalah daya aku tidak bisa berbuat apa apa sekarang.

***********

                 #POV_SIFA

Antara percaya atau tidak percaya dengan mimpi mba Ratih.
Yang paling aku harapkan, semoga mimpinya tentang Hafiza hanya bunga tidur.

"Hafiza, dimana kamu sebenarnya?" Batinku.

Aku menjauh dari Dani dan mba Ratih, ku ambil ponsel untuk menelfon dokter Farhan.

Tapiiii  ... Tidak!

Aku tidak mau mengganggunya.

Ku letakan ponselku dan kembali menenangkan mba Ratih.

**********

             #POV_DOKTER_FARHAN

"Masuk!"

Ku persilahkan masuk wanita itu, dia datang kembali memenuhi janjinya.
Dia masuk dengan kata katanya yang lembut, dan duduk dengan anggun.

"Dimana mas Fajar?"

"Abu!" Kataku.

Wanita itu menghela nafas panjang, sepertinya dia tidak mau memperdebatkan jawabanku.

Abu menghampiri kami dengan diikuti bapak dari belakang, Abu mengenakan peci berwarna hitam dan baju panjang berwarna putih.
Wanita itu menatap dalam, namun Abu tidak meresponnya dan segera melanjutkan duduknya di dekatku.

"Sesuai janji saya, saya akan kembali lagi untuk menjemput mas Fajar!" Wanita itu membuka suara.

"Tidak bisa, kamu boleh menganggapnya Fajar, kalau sudah punya cukup bukti."  jawabku lantang.

Abu hanya diam menyaksikan kami, bagaimana tidak?
Mungkin dia juga bingung menentukan satu diantara dua pilihan.

"Kalau dari awal anda hanya bersandiwara, tolong hentikan drama ini dari sekarang." Bapak melanjutkan.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang