#Part 57 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.6K 217 44
                                    

"Ayo Fiza,"

Sifa mengajak Hafiza supaya bergegas.

"Iya nte,"

"Hafiza berangkat ke sekolah dulu ya bu, nanti kalau ayah kesini, suruh nungguin Hafiza dulu ," itulah pesan Hafiza.

"Iya sayang, hati hati ya,"

***

Baru saja ku langkahkan kakiku keluar rumah, terlihat seseorang berlari setelah melihat ku.
Mengapa orang itu sangat aneh, kenapa setiap ada aku, dia berlari? entahlah. Ini bukan satu ataupun dua kali namun berkali kali.

"Assalamu'alaikum,"

"Astaghfirullah!"

Aku terkejut melihat dokter Farhan tiba-tiba muncul di belakang ku, anehnya dia malah tertawa!

Pintu sudah selesai aku kunci dari luar, tiba-tiba dokter Farhan mengagetkanku, bagaimana aku tidak terkejut dibuatnya?.

"Terkejut ya?" tanya nya dan tersenyum dengan lesung pipitnya. Dia terlihat lebih ceria dari kemarin.

"Ya Allah, iya dok. eh mas."

"Maaf ya, mobil tadi aku parkirkan di depan toko, eh ternyata kamu belum berangkat. Jadi aku kemari lah, oh iya mana  anak ku? hehe,"

Masya Allah, dokter Farhan mulai menunjukan lawaknya, "Sudah berangkat ke sekolah sama Sifa, mas."

"Oh iya, boleh minta waktunya kan sebentar?"

"Oh boleh, silahkan masuk."

"Ini gimana masuknya, kan pintu masih dikunci?"

"Ya Allah, lagi lagi. Maaf mas,"

Aku langsung mengambil kunci ku kembali di dalam tas.

***

Kunci telah ku ambil di dalam tas dan masuk ke dalam rumah di ikuti oleh dokter Farhan.
Ku persilahkan dia untuk masuk, kami duduk berhadapan terhalang sebuah meja persegi panjang.

"Aku mau melanjutkan pertanyaanku kemarin,"

"Iya," jawabku.

Aku memang sudah menduga, pasti dokter Farhan akan menanyakan hal ini kembali.

"Benarkah Rey itu kekasihmu?"

"Dimana dia sekarang?" sambungnya.

Bagaimana aku bisa menjawab pertanyaan dokter Farhan, keberadaan nya saja aku tidak tau.

"Biarkan aku yang mencarinya!"

"Untuk apa?" jawabku.

"Untukmu, aku tau rasanya menahan rindu ingin bertemu, aku juga tau apa itu cinta. Meskipun ada banyak yang mencintai di sekeliling kita, tapi hati kita selalu menolaknya."

Sepertinya dokter Farhan sedikit menyindirku.

"Jika kamu masih mencintainya, kenapa kalian bisa berpisah? kenapa dia meninggalkanmu? dimana Rey sebenarnya? akan ku cari dia agar menemui mu,"

Sampai saat ini, aku belum bisa menjawab pertanyaan dokter Farhan.
Aku masih menundukan pandanganku.

"Kamu jangan takut, dengan adanya masalah ini, aku tidak akan berubah kepada Dani dan Hafiza,"

"Aku akan tetap menjadi ayahnya, meskipun tidak bisa menjadi ayah yang sesungguhnya," senyumnya.

Ya Allah, aku semakin merasa bersalah mendengar perkataan dokter Farhan, namun mana mungkin aku terus membohongi hatiku sendiri? cepat atau lambat aku harus jujur dengan perasaanku.

"Maaf mas, aku memang sudah mencoba mencintaimu.
Tapi hati ini masih belum bisa menerima, hati ini selalu menolak, maafkan aku mas Farhan," butir air mata keluar dari kedua mataku.

"Sudahi air matamu ya, aku tidak akan memaksamu, aku tau rasanya jika cinta dipaksakan seperti apa, aku juga tidak mau merebut posisi Rey dihatimu,"

"Aku tidak akan terus memaksamu demi kebahagianku, pernikahan bukan sebuah permainan.
Aku tidak mau, aku bahagia namun kamu tersiksa dengan pernikahan kita nanti, terlebih lagi jika Rey mu datang ketika kita sudah menjadi suami istri. Jika itu terjadi setelah kita menikah, Demi Allah aku sudah tidak akan rela melepasmu, maka sebelum itu terjadi, saat ini aku berusaha ikhlas."

Dokter Farhan memandangku tajam, ia memberikan sapu tangan nya untuk mengusap air mataku.

"Maafkan aku mas, aku tidak berniat menyakitimu,"

"Justru aku akan lebih sakit jika terlambat mengetahuinya, jadi tolong ceritakan sekarang, aku janji tidak akan membencimu, apa lagi membenci Dani dan Hafiza.
Bagaimana mungkin aku membenci kalian? sungguh aku telah nyaman berada di keluarga ini, terlebih lagi aku sudah sangat menyayangi Hafiza,"

Ya Allah, ternyata dokter Farhan adalah orang yang sangat baik, dia sama sekali tidak ingin merubah sikapnya setelah ini.
Masih menjadi pertanyaan, darimana dokter Farhan mengetahui nama itu?
Darimana dia tau mas "Rey?"

***

"Kamu pasti masih bingung darimana aku tau nama itu kan?"

"Iya, aku memang masih memikirkan itu, apakah dari Abu adikmu?" tanyaku.

"Abu? apa hubungannya dengan Abu?
Dia sama sekali tidak menceritakan apa apa, ada apa sebenarnya?"

Dokter Farhan mulai memandangku serius, mendengar kata Abu.

"Apakah kalian saling mengenal sebelumnya? apakah dia lebih tau daripada aku? ada apa sebenarnya ini?"

Sepertinya dokter Farhan sudah salah faham, dia mengira aku dan Abu mempunyai hubungan khusus.
Dia mengira, Abu yang lebih tau tentang masalahku, terutama masalah mas Rey.

"Bukan, bukan begitu. Kamu sudah salah paham dengan pertanyaan ku,"

"Sampai disini, kamu belum bisa jujur juga ya?" senyumnya.

"Iya, aku akan jujur sekarang, tolong kamu jangan salah faham," aku memberhentikan perkataan sejenak.

"Aku tidak mengenal Abu, pertama kali aku melihatnya saat dia memesan kue, dan tidak sengaja aku bertemu di rumah, dimana banyak anak-anak memanggilnya dengan sebutan , "kak."

"Iya, itu pasti anak yatim yang sangat dekat dengan adi ku, Abu memang gemar memberi makan dan mengajarkan mengaji mereka." jawabnya.

"Iya saat bertemu dengan Abu, aku terkejut dan aku spontan memanggilnya 'mas Rey', ternyata aku salah, dia adik kamu, bukan mas Rey." jawabku, mataku mulai berkaca kaca, sedih sekali menerima kenyataan ini.

"Jadi Rey itu seperti Abu?"

"Iya," jawabku singkat, tumpah air mataku.

"Kekasihmu itu Abu?"

Apa maksudnya? aku tidak pernah mengatakan Abu itu kekasihku.

"Mas Rey, bukan Abu!" jawabku meyakinkan.

"Ada apa sebenarnya? kamu ingat kejadian ini?"

Dokter Farhan memberikan ponselnya kepadaku, disana terekam jelas suara ku dan suara Sifa.
Suara kami berdua ketika kami sedang membahas dokter Farhan dan mas Rey, seusai buku Diary milik Sifa ku temukan di tempat sampah.

Siapa yang merekam kami?
Bukankah pintu selalu ku tutup dan tidak lupa selalu ku kunci setelah maghrib tiba?

Bagaiamana bisa dokter Farhan mendapatkan rekaman itu?
Jadi dia mengetahui nama mas Rey melalui rekaman?
Aku masih tidak mengerti mengapa suara kami malam itu terekam jelas dan ada di ponsel dokter Farhan sekarang.

Bagaimana perasaan dokter Farhan ketika itu, ya Allah. Pasti dia sangat kecewa dan sakit hati karena ku. Dia tau bukan dariku, tetapi melalui rekaman itu.
Dia sudah tau perasaanku sebenarnya sebelum aku jujur padanya.

Bersambung ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang