JS 14 [Kakek Tohir] ☑️

7.4K 310 29
                                    

Perih di mataku berangsur menghilang, kini mataku dapat terbuka kembali, tidak ada rasa pedih sedikit pun yang tertinggal setelahnya. Dalam sekejap, mas Rey hilang dari pandangan.

"M-mas Rey, ...."

Air mataku luruh, hingga membasahi mukenah yang masih ku pakai, dada ini terasa sesak mengingatnya.
Aku segera mengambil kunci, yang ku simpan di dalam laci meja berdekatan dengan ranjang. Rasa takut menguasai diri setelah mengetahui kejanggalan di rumah ini.

"Aku harus pergi dan keluar dari rumah ini!"

Namun apa yang terjadi? Pintunya terkunci dari luar.

Aku tak putus asa mencobanya lagi, berharap pintu bisa terbuka. Tapi usahaku sia-sia.
Aku beringsut mundur, bersandar ke dinding dan menitikan air mata. Kenapa aku selalu mengalami hal seperti ini?!

Mataku awas ke sekeliling, pandangan ku tertuju pada sebuah buku lusuh yang tergeletak di bawa ranjang.
Aku bangkit mendekat dan membukanya perlahan, ternyata buku itu adalah kumpulan foto keluarga.

Album foto yang sudah di penuhi debu, warnanya masih hitam putih ada foto kakek Tohir disana.
Aku membuka lembar demi lembar selanjutnya, aku terkejut saat melihat seseorang yang sedang bersama kakek Tohir, aku mengenalnya!

Spontan aku langsung melemparkan buku tersebut ke sembarang arah. Di dalam buku itu itu, terdapat foto Nenek misterius yang mengatakan bahwa dirinya tersesat.
Hingga akhirnya, Nenek itu memberikan ku sebuah Al-Quran yang saat ini telah membawaku kemari.

"Apa tujuan mereka sebenarnya?"

Apakah mereka juga dari bangsa jin?

Apakah mereka mempunyai niat jahat kepadaku?

☘️

"Aku sama sekali tidak berniat jahat," Kata seseorang di balik pintu yang sudah terbuka.

Aku memundurkan langkah, kali ini aku begitu takut melihat si Nenek.

"Apa kabar, Ratih?" Tanya Nenek sembari tersenyum, aku semakin ketakutan.

"Tidak perlu takut, aku adalah istri dari kakek Tohir."

Aku membisu, tidak ingin menjawab apapun.

"Jangan takut, aku yang meminta kakek Tohir agar menjemputmu kemari, kami tidak jahat."

"A-apa tujuan ka-kalian membawa saya kemari?" Tanyaku.

Nenek itu tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Kami akan membantumu. kamu ingin menolong Rey, bukan?" Tanya si Nenek, kemudian ia mendekat.

Aku terdiam, bagaimana Nenek itu bisa tau tentang aku dan mas Rey?

"Jangan kamu tanyakan darimana saya mengetahuinya, Ratih!"

Aku memandang wajah tua Nenek dalam-dalam.

"Yang paling penting sekarang adalah, kamu harus menyelamatkan Rey atau kamu akan kehilangan Rey selamanya." Tegasnya.

"Kemarilah!" Pinta Nenek itu kembali.

"Kami tidak akan berbuat jahat padamu, percayalah!"

Tiba tiba kakek Tohir datang menyusul Nenek, mereka menungguku agar mau mendekat.

"Kemari, Ratih ..."

"Jika kamu ingin cepat pulang ke rumah, berkumpul lagi dengan keluargamu, percepatkanlah langkah mu itu.
Ayo kemarilah, percayalah pada kami, kami tidak akan berbuat jahat padamu."

Nenek itu berusaha meyakinkanku kembali, aku melangkah penuh keraguan ke arah Nenek dan kakek Tohir, dengan berhati-hati.
Sembari berdoa, kemudian duduk di tengah-tengah mereka.

"Benar kamu ingin menolong Rey?" Tanya kakek Tohir ke arahku.

"Jika benar, segeralah untuk menolong Rey, sebelum dia lenyap!" Pinta Nenek.

"Le-lenyap?" Kataku.

Nenek mengangguk, "Karena di balik rasa sakitnya, siksaan yang di berikan oleh bangsanya itu tidak akan berhenti.
Rey tidak akan bisa bertahan hidup, namun tekadnya masih sama, Rey masih berusaha dan memaksakan diri untuk menjadi manusia.
Harapan dan impian itu tidak tidak akan di urungkan, dihatinya sudah tertanam niat dan untuk menjadi manusia dan hidup dengan bangsa manusia, yaitu kamu Ratih.
Sekarang faktanya sangat mustahil! Bisa-bisa sosok mas Rey yang kamu kenal, akan hilang dan tak akan pernah kembali." Lanjut kakek Tohir.

"Lalu apa yang harus ku lakukan? Aku tidak bisa melakukan apapun selain berdoa." Jawabku mengusap butir air mata yang kian luruh.

"Selain berdoa, berusahalah.
Karena hanya kamu orang yang bisa menolong Rey. Kamu adalah orang yang mampu merubah takdirnya, kamu lah wanita yang di cintainya, kamu wanita yang berhasil menumbuhkan rasa cinta dan tekad luar biasa. Percayalah cinta Rey lebih tulus dari siapapun!"

"Hanya ada satu cara untuk menolong Rey saat ini."

Nenek itu berdiri dari tempat duduknya.

"Apa itu, katakan sekarang, Nek!" Desakku.

"Kamu harus mendapatkan darah yang keluar dari perut ibu Retno, ketika ia harus kehilangan nyawa dirinya dan bayi laki-laki nya, Rey.
Saat itu kamu akan menyaksikan detik detik ibu Retno di bunuh oleh mahluk jahat, yang sekarang ini ikut menyiksa Rey.
Hingga akhirnya Rey di jadikan bangsa jin sebelum ia dilahirkan ke dunia, sampai sekarang.

"D a r a h?" Tanyaku.

"Iya Darah, kamu harus mendapatkan darah itu walaupun hanya sedikit untuk membantu mempermudah Rey menjadi manusia dan mewujudkan impiannya."

"Lalu bagaimana dengan mahluk jahat itu? Apa aku bisa melawan nya?"

"Percayalah, kamu pasti bisa!
Bukan nya telah kami berikan sebuah al- qur'an itu untukmu? Bacalah!
Hilangkan rasa takut itu, semuanya akan baik baik saja."

"Ta-tapi, dimana Al-Qur'an itu? Aku sudah masuk ke dalamnya, tentunya Al-Quran itu ada di dalam kamar."

"Ada di bajumu,"

Ternyata Al-Qur'an pemberian Nenek itu berada di saku baju gamisku.
Mengapa aku baru menyadarinya?

"Jika datang hitam dan gelap di sekeliling menghalangi pandangan, kamu bisa membukanya. Maka, Al-Qur'an itu akan mengeluarkan cahaya terang sehingga kamu mudah dalam membacanya."

"Lalu Bagaiamana caranya aku bisa mendapatkan darah ibu Retno?"

Kali ini kakek Tohir yang menjawab pertanyaan ku, "Kami akan membawamu ke masalalu."

"Masalalu?" Kataku belum mengerti.

"Masa dimana kehidupan Retno dan detik-detik nyawanya di ambil secara paksa oleh bangsa jin pesugihan, dalam keadaan hamil besar." Jelas Nenek.

"Jika kamu bersedia, kami akan membantu mengantarmu ke masalalu besok.
Kamu tidak perlu risau, karena mereka tidak akan melihatmu disana, hanya kamu saja yang bisa melihat kehidupan di masa itu." lanjut Kakek.

"Aku bersedia, Kek."

"Tidurlah dahulu, kamu memerlukan istirahat untuk persiapan besok!"

Nenek dan kakek Tohir berdiri dari tempat duduknya dan berlalu pergi.
Setelah itu rasa takutku kepada mereka sedikit mulai berkurang, hatiku sudah mulai tenang.

Mungkin aku merasa janggal, karena memang ini bukan dunia ku, mereka pun bukan manusia sepertiku.

Aku harus segera istirahat, untuk mempersiapkan diri besok!

🔥

BERSAMBUNG

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang