#Part 34 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

5.4K 269 43
                                    

"Apakah kamu sudah siap?" tanya kakek.

Sejak ku serahkan darah itu kepada kakek, mereka menyarankan aku agar segera pulang ke rumah. Aku akan pulang ke dunia ku yang sesungguh nya.

Aku akan bertemu dengan orang tuaku dan kedua anak ku. Kepulangan ini membawa sejuta kesedihan dan kepedihan, aku harus pulang tanpa mas Rey.
Aku harus meninggalkan mas Rey dalam keadaan memprihatinkan, tapi demi kesembuhan nya, aku percayakan kepada mereka. Aku juga tidak bisa egois disini, ada keluarga ku yang mencari dan merindukan ku. Setidaknya mas Rey sudah ada di tempat yang aman, aku percaya dengan ketetapan Allah itulah yang terbaik. "Jaga mas Rey, ya Allah."

"Iya Ratih siap," jawabku lirih.

"Kakek akan mempersilahkan kamu berbicara dengan Rey, sampaikanlah apapun itu, sebelum kamu pergi meninggalkan nya."

Aku mendekati mas Rey, dia masih berada di dalam peti yang terbuka.
Ku sentuh rambut mas Rey, aku menyentuhnya dengan kelembutan.

"Dengan ketulusan cinta dan seganap jiwa raga, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat mencintaimu mas Rey. Aku bahagia mengenalmu, jujur aku sangat mengharapkan kebersamaan.
Aku berharap kita bersatu kelak. Bangun ya, sembuh sayang. Aku percaya kamu pasti selamat dan kamu akan selalu mengingat ku. Kamu akan menemui ku, aku percaya itu. Kamu tidak akan melupakan begitu saja kok, aku yakin mas.
Kamu tidak akan melupakan semua janji-janji yang kamu katakan padaku,
kamu tidak akan lupa sejauh mana impian kita untuk bersama. Kamu tidak akan lupa aku ataupun Hafiza.
Cepat bangun ya, cepat sadar dan cepat sembuh.
Aku pamit pulang, maaf aku terpaksa meninggalkan mu disaat kamu sedang seperti ini, percayalah doaku selalu menyertaimu. Aku pamit! sampai nanti hingga kita bertemu lagi di dunia yang sama.
Aku akan selalu menunggu mu, aku akan selalu menunggu kehadiran mu.
Aku akan setia menunggu kamu, mas Rey, hingga Tuhan menyatukan kita kembali."

Ku usap air mataku, ketika langkah kian menjauh dari terbaring nya mas Rey, berkali-kali aku menoleh ke arahnya, meneteslah air mata ini.

"Aku sudah siap." ucapku.

"Nenek akan selalu mengingatmu dan pasti akan merindukanmu." ucap nenek mengusap kepalaku.

Kakek mendekatiku, terlihat ada butir air mata yang tertahan dimata mereka.

"Ratih akan selalu mengingat kakek dan nenek, Ratih pasti akan merindukan kalian. Terimakasih atas semua kebaikan kakek dan nenek selama ini, apa jadinya jika tidak ada kalian. Terimakasih telah menjaga dan melindungi, Ratih pamit pulang. Sampaikan salam kepada mas Rey ketika dia bangun, titip mas Rey. Ratih berharap bisa bertemu lagi dengan nenek dan kakek Tohir."

Nenek melepas pelukan nya dan aku bersiap mendekati lorong hitam yang sudah menunggu.

"Pasti akan kami sampaikan dan kami berjanji akan mengantar nya ke dunia manusia untuk mencari mu."

"Terimakasih, aku percaya." batinku.

Perlahan aku berjalan menjauh dari nenek dan kakek Tohir berjalan menuju lorong hitam yang berulang kali telah membawa ku. Kini lorong ini akan membawa ku pulang ke dunia asal-ku.

***

Aku mendengar suara banyak sekali orang, aku mendengar ada suara tangisan di kedua telinga ku. Aku mendengar semuanya samar.
Aku bisa merasakan tubuh ku sedang di goyang goyangkan seseorang, aku merasakan ada kecupan hangat di keningku,namun aku hanya bisa mendengar dan merasakan.

Ingin sekali rasanya membuka mataku dan menggerakan tubuhku.
Tapi setiap kali berusaha, tetap tidak bisa aku lakukan. Aku mencoba lagi dan lagi, sebenarnya kenapa dengan ku?
Mengapa aku hanya bisa mendengar mereka tanpa bisa menggerakan anggota badan ataupun membuka mataku, meskipun hanya sedikit.

''Saatnya di shalatkan."

Suara siapa itu? apa maksud nya? di shalatkan? siapa yang akan di shalatkan? Tidak! apa mungkin itu aku? aku ini masih hidup!

Aku mencoba berteriak sekeras mungkin, aku berusaha sekuat tenaga bangun dari tidur panjang ku. Aku berusaha menggerakan jari tangan dan kaki sedikit demi sedikit, terus menerus ku baca al Fatihah dan ayat Kursi di dalam hati.

Dan hingga akhirnya, mataku mulai terbuka. Aku bisa membuka bola mataku dan melihat ke sekeliling rumah. Aku arahkan pandangan ke sekeliling ruangan yang bisa ku jangkau oleh mata, kini leherku sudah bisa bergerak ke kanan dan kiri, tangan dan kaki sudah mulai bisa di gerakan perlahan.
Aku sudah sampai di rumahku. Tetapi mengapa banyak sekali tetangga disini, mereka memakai baju serba hitam, sama persis seperti mimpi kematianku!

Mereka berlari menjauh dari tempat tidurku, begitupun Dani dan Hafiza dibawa orang tuaku menjauh.

Kenapa sebenarnya mereka ini?
Kenapa mereka seperti menyimpan ketakutan ketika melihatku?
Mereka berkumpul di sini, lalu mereka berlari menjauh.

Apa kedua anak ku tak rindu?
Apa orang tuaku juga tak merindukan ku?
Aku berusaha duduk. Ku alihkan pandangan ku ke badan yang sudah diikat kain mori.

Aku sangat terkejut melihat badan ku sendiri, aku terbaring dan sudah tertutup dengan kain kafan.
Aku sudah diikat seperti layaknya orang sudah meninggal.

Aku yang akan mereka shalatkan tadi, aku sudah dianggap mati oleh mereka semua.

Benar saja, kakek Tohir memintaku agar cepat kembali hari ini, jadi karena ini alasan nya.
Jika saja aku lebih lama disana, mungkin aku sudah benar-benar meninggal dunia dan tidak akan bisa hidup kembali.
Terimakasih ya Allah, terimakasih nenek, terimakasih kakek Tohir.

Aku berusaha melepas ikatan di badan sendiri tanpa bantuan mereka dan aku tutupi badan ku dengan kain mori yang telah terlepas ikatannya.
Semua orang terkejut, mereka kebingungan dan memang ada rasa takut di wajah mereka semua.

Aku panggil nama anak ku, Dani dan Hafiza, mereka berlari ke arahku.

Aku memeluk keduanya dengan tetesan air mata kebahagiaan. Aku sangat Rindu kedua anak ku, aku bahagia bisa memeluk mereka kembali, ibu dan bapak juga mendekatiku perlahan. Ada tangis bahagia di antara kami, begitupun orang orang yang menyaksikan, mereka bisa merasakan apa yang sedang kami rasakan.

"Ibu hidup lagi." Hafiza terisak-isak di pelukan ku.

Begitupun Dani, dia sudah ada disini. Ada ibu dan bapak, mereka mendekap ku.

"Kamu hidup lagi, allhamdulillah ya Allah, telah kau izinkan anak ku hidup kembali!"

Ibu bersujud syukur dengan tangisan nya.

Kedua orangtuaku menjelaskan kejadian dimana detik-detik saat aku menghembuskan nafas terakhirku.
Semua orang disini mendekat dan ikut mendengarkan penjelasan mereka.

2 hari lalu setelah kepergian ku, terbawa lorong hitam, Hafiza terbangun. Dia membangunkan ku, namun aku tetap saja tidak membuka mata dan terus terpejam di atas sajadah, posisi masih memegang sebuah Al-Qur'an di tangan kanan ku.

Ketika itu Hafiza berlari membangunkan nenek dan kakeknya. Aku tidak sadarkan diri dan di baringkan di atas kasur, namun sampai pagi tiba, aku tetap saja belum terbangun. Hingga akhirnya kedua orangtuaku memanggil seorang dokter agar memeriksaku, ternyata keadaan ku masih sama sampai sore hari tiba. Belum juga ada tanda tanda kesadaran, detak jantung mulai melemah. Dan pada akhirnya di hari ke dua, itu lah hembusan nafas terakhir ku.

[MATI SURI]

Iya, semua orang menyebutku mati suri.
Mati lalu hidup kembali sebelum jenazah di kuburkan. Hal yang dulu ku dengar sangat jarang di alami, tetapi sekarang aku sendiri yang mengalaminya.

Bagaimana mungkin hanya dua hari aku tak sadarkan diri?
Padahal panjang sekali perjalanan ku disana.

Inilah maksud dari, "Hidup di dunia hanya singgah dan bertamu saja?"

Karena sejatinya hidup kekal bukan disini, melainkan hidup kekal yang sesungguhnya adalah hidup setalah kematian.

Bermaksiat lah sesukamu, maka balasan akan lebih panjang dari waktu yang kau gunakan untuk itu.

Perbandingan dunia dan kehidupan setelah kematian: 2 jam di dunia = 1000 tahun di akhirat.

Wallahualam

BERSAMBUNG. ➡

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang