Part87 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.1K 244 66
                                    

Kakek Tohir melangkah semakin dekat dengan nenek, ia menyentuh tangan dan menggenggam erat istrinya.

"Sudah cukup sampai di sini, setiap pertemuan pasti ada perpisahan!"

Kakek menjongkokan badan nya dan tersenyum. Nenek membalas senyuman kakek Tohir.

"Nenek ikhlas!" jawabnya lirih.

Kami semua menangis menyaksikan, meskipun kami sendiri tidak tau apa yang sedang mereka katakan.

Bukan hanya berpisah dengan kami, melainkan mereka juga harus berpisah, apa ini maksudnya?

"Tolong jelaskan pada kami, apa maksud dari perkataan kalian. Kenapa kalian bicara akan berpisah?
Kenapa kalian mengatakan itu. Perpisahan dengan kami bukan berarti kalian juga harus berpisah," ucapku.

Kali ini mas Rey terdiam, ia tidak membantuku.
Jangankan mencegah nenek dan kakek Tohir, meminta penjelasan saja sudah tidak mas Rey nyatakan.

Apa ada sesuatu hal yang sudah di ketahui mas Rey?

"Mas Rey, ada apa ini?" tanyaku.

"Kenapa dengan nenek dan kakek Tohir? kenapa anggota badan nya perlahan menghilang!" kataku mendesak.

Bukan hanya menjadi bayangan, namun tubuh mereka perlahan menghilang.
Satu demi satu, anggota tubuhnya tidak bisa kami lihat, perlahan lahan kami tidak bisa memandangnya.

"Akan aku jelaskan," tunduk nya.

Mas Rey menghentikan perkataan, sepertinya ia akan menjelaskan sesuatu padaku.
Suaranya memang sangat berat, ia menatap nenek dan kakek Tohir, matanya memerah.

Tapi kenapa bulir air mata yang tertahan, kini menetes di wajah mas Rey?

Bukan hanya mas Rey, namun nenek dan kakek juga menangis. Kedua matanya menitikan airmata.

Ada apa ini, mungkinkah aku akan menangis juga seperti mereka setelah mendengar penjelasan dari mas Rey?

"Nenek dan kakek Tohir akan ikut binasa dengan mereka!" tunjuk nya.

Jari nya menunjuk ke arah ribuan mahluk yang kini hilang, hanya ada sisa sisa abu beterbangan.

Kami semua terkejut mendengarnya, jadi kami semua yang telah membinasakan nenek dan kakek Tohir, ya Allah.

Aku berusaha sekuatku menyentuh mereka berkali kali, tetapi sayang, aku tidak bisa menyentuh mereka sedikitpun.
Seluruh kaki mereka sudah hilang, mereka sudah seperti mengambang tanpa tapak kaki, sekarang tinggalah anggota tubuh lain yang masih tersisa dan masih bisa kami lihat.

"Kekek, nenek! maafkan kami, maafkan Ratih.
Kami tidak tau bacaan yang telah kami baca, bisa membuat kalian juga ikut binasa seperti ini.
Kalian menyatukan kami. Tapi kami malah memisahkan kalian.
Tolong jangan pergi, apa yang harus kami lakukan agar kalian bisa kembali, tolong jangan pergi. Maafkan kami."

Aku berteriak histeris melihat wajah wajah dua pahlawan mencoba tersenyum pasrah.

"Menangis seperti apapun, upaya mencegah bagaimanapun semuanya tidak bisa di kembalikan lagi, sayang!
Hanya ucapan terimakasih kepada nenek dan kakek Tohir karena selama ini mereka banyak membantu dan menolong kita,"

Mas Rey menggapaiku.

"Tidak mas Rey, aku merasa bersalah kepada nenek dan kakek, tolong maafkan kami, kembali nek, kembali kakek Tohir!
Kami tidak tau jika harus berakhir seperti ini. Kenapa kakek malah meminta kami melanjutkan dan melarang kami berhenti jika kakek tau, keberhasilan kami membuat kalian juga ikut binasa? kenapa, kenapa kek!" tanyaku.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang