#Part 40 🌑JELMAAN SUAMIKU🌑

5K 260 59
                                    

Sejak kejadian malam itu, demam Hafiza tak kunjung turun, sehingga beberapa hari ini Hafiza tidak bisa masuk ke sekolah. Demam semakin tinggi, obat penurun panas tidak mempan lagi menurunkan panasnya.

"Ayah,"

Hanya kata itu yang selalu Fiza ucapkan, meskipun dalam keadaan tertidur. 3 hari berlalu, Hafiza tak kunjung membaik, aku sudah tidak memikirkan toko kue, ku serahkan semuanya kepada Sifa dan karyawan.

Akhirnya Dani mengetahui tentang keadaan Hafiza, adiknya yang jatuh sakit, Dani memintaku untuk membawa Fiza ke rumah sakit tempat ia bekerja sebagai asisten dokter Farhan.

Hari ini kami menutup toko untuk beberapa hari ke depan dan meliburkan karyawan. Sifa ikut dengan kami, mengantar Hafiza ke rumah sakit Wijaya. Jaraknya memang jauh dari rumah.

Mobil yang di kemudikan supir pribadi dokter Farhan, menjemput dan mengantar kami sampai ke tempat tujuan.

Memang Dani sering menceritakan kebaikan dokter Farhan, namun sekalipun aku belum pernah melihat dokter Farhan secara langsung karena kesibukan nya, sehingga tidak bisa menyempatkan berkunjung ke rumah.

Kami turun dari mobil dan ku gendong Hafiza dengan terburu-buru. Sejak kedatangan kami, Hafiza di layani dengan sangat baik. Terlebih lagi kakak nya, Dani. Ia sudah bekerja di rumah sakit sebesar ini.

Dani membawa Hafiza dengan pakaian seperti seorang dokter muda.
Meskipun bukan seorang Dokter, siapa yang menyangka Dani hanya asisten dari seorang dokter?

***

Hafiza di tempatkan di ruangan khusus class 1 VVIIP_A.
Hafiza di baringkan sembari menunggu kedatangan dokter Farhan yang akan memeriksa langsung keadaan Fiza. Kami duduk menunggu di sofa kamar, dengan Dani yang masih sibuk memasang infus adiknya.
Pintu kamar terbuka sedikit demi sedikit. Terdengar langkah sepatu dari seorang Dokter yang masuk ke dalam ruangan.

Seorang Dokter yang sangat gagah dan tampan. Senyumnya sangat manis, ia menganggukan kepalanya meminta izin untuk memeriksa Hafiza.

Apa itu dokter Farhan?

Dokter Farhan memang terlihat sangat ramah dalam bertutur kata.
Dari pertemuan pertama memeriksa Hafiza, terlihat ada point berbeda pada diri dokter Farhan. Apa mungkin hanya perasaanku saja, bukankah seorang dokter harus bersikap ramah kepada semua pasien nya?

***

➡ Hari ke tiga di rumah sakit.

"Ayah,"

Hafiza terus menangis memanggil seseorang yang selalu ia sebut ayah. Ku hampiri Hafiza ketika dokter Farhan sedang memeriksa nya. Ku pegang tangan kecilnya lalu mengelus kepala Hafiza dengan lembut. Ada air mata yang tertahan disini, aku mencoba mengusap nya sebelum air mataku jatuh.

Dokter Farhan menoleh dan memandangku sesaat, aku langsung menundukan pandangan dari pandangan dokter Farhan.

"Hafiza sayang, bangun ayo nak, ayah ada disini." kata dokter Farhan.

Perkataan dokter Farhan mengejutkan ku, dimana mas Rey?

Kenapa dokter Farhan mengatakan ada ayah nya disini?

Aku menoleh ke segala arah, namun tidak ada siapa-siapa disini selain dirinya. Sifa izin pulang dari pagi tadi dan belum juga kembali.

"Ayah,"

Hafiza membuka matanya perlahan.

"Ayah dimana, bu? Dimana ayah?"

Hafiza memegang erat tanganku. diam adalah pilihan terbaik sekarang. Bagaimana bisa aku bisa menjawab pertanyaan Fiza, sedangkan mas Rey saja tidak ada disini.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang