#Part85 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.2K 259 79
                                    

Perjalanan panjang di dalam lorong hitam, aku dan mas Rey sudah pernah merasakannya. Sensasi ketakutan di sini memang luar biasa.
Namun Dani, Sifa dan dokter Farhan baru pertama kali merasakan bagaimana rasanya berada di lorong hitam yang melaju sangat cepat.
Mereka mulai merasakan ketakutan hebat, seperti yang pernah aku rasakan sebelumnya.

Kami sampai tepat di tempat yang pernah aku datangi sendiri satu tahun lalu.
Tempat ini tidak ada perubahan sama sekali, hanya saja kemana pohon besar yang kulihat ada disini? Entahlah.

"Bukan disini, melainkan kita harus menjumpai dimana keberadaan Hafiza seperti di mimpi kalian," ucap kakek.

Mas Rey menggandeng tangan ku, begitupun kami semua saling berpegangan tangan, sepertinya mas Rey mengetahui sesuatu.

Ada aba aba dari kakek Tohir agar kami tetap bersatu.

"Kencangkan tangan kalian, jika tidak! kita akan terpisah ke tempat yang berbeda."

Kakek Tohir membuka al Qur'an kecil yang berada di tangan ku, kami semua bersiap dan spontan kami masuk dengan cepat ke dalamnya.

* Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa *

Angin berputar putar, kami melayang sangat cepat kesana dan kemari.

"Eratkan tangan satu sama lain!"

Hanya itu suara kabur yang kami dengar. Kami berusaha sekuat tenaga untuk lebih erat dalam menggenggam.
Mata kami terpejam, semuanya terpejam. Hanya ada suara riuh angin yang membuat telinga kami sakit karena dengungan hebat.

***

"Bugggggggggggggggg!"

Sudah seperti buah kelapa yang jatuh dari pohon. Kami semua terjatuh dari lorong aneh, tentunya berbeda dengan lorong hitam. Semuanya mengeluh sakit, terutama aku.

"Ibu, tolong!"

Kami menoleh ke arah suara dan ternyata itu suara Hafiza, anakku.
Kami sudah berada di tempat yang sama seperti mimpiku.

"Hafiza sudah sangat lelah berlari terus menerus, Fiza sudah tidak kuat ibu, Fiza haus dan lapar, Fiza ingin pulang bu, Fiza capek!"

Itu suara yang selalu Hafiza ucapkan. Dia selalu memanggil manggil namaku. Sampai sekarang Fiza anak ku masih terus berlari di tempat yang sama. Tetapi kami terhalang oleh sungai yang sangat dalam.

Lagi lagi sungai ini!

"Mas Rey, bagaimana ini. Hafiza mas, Hafiza!" kataku.

Mas Rey panik melihat anaknya, namun ia berusaha lebih tenang untuk bisa menenangkan ku terlebih dahulu.

Dani memelukku. "Ma, adik Fiza ya Allah ma, kasian dia, kenapa adik tidak mau berhenti berlari, apa yang harus kita lakukan, kita harus bagaimana sekarang?"

Dani menangis di pundak ku melihat adiknya yang sudah sangat lelah, namun ia terus saja berlari tanpa henti.

"Tenang sayang, kita bisa membawa Hafiza pulang!"

Mas Rey mengelus rambut kami berdua sembari terus memikirkan bagaimana caranya agar bisa membawa Hafiza pulang.

"Ya Allah, anak ayah. Ini ayah Farhan sayang! disini juga ada Ayah Fiza."

Dokter Farhan tidak kalah mencemaskan Hafiza, begitupun Sifa.
Matanya berkaca kaca melihat apa yang sedang mereka saksikan.

Pakaian yang di pakai Hafiza sudah sangat lusuh, bahkan jilbabnya sudah sangat kotor.
Darah tercecer dimana mana karena jatuh berkali kali terkena duri tajam di sekelilingnya.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang