#Part79 🌑 JELMAAN SUAMIKU 🌑

3.6K 242 63
                                    

"Wa'alaikumussalam, Pak Umar?" Kaget ku.

Pak Umar kembali setelah ia pergi tanpa pamit kepada keluarga kami.

Siapa itu pak Umar?

Pak Umar adalah orang yang meminta pekerjaan menjadi tukang kebun dirumahku.
Namun setelah ia mengirimkan rekaman suara Ratih dan Sifa malam itu, dia tiba tiba pergi tanpa permisi.

"Ayo masuk pak,"

Aku mempersilahkan pak Umar masuk, aku duduk berhadapan dengannya.

"Maaf Den, saya pergi tidak sempat berpamitan waktu lalu,"

Memang pak Umar biasa memanggil kami dengan sebutan 'Den'

Aku masih diam, menunggu perkataan pak Umar yang belum selesai.

"Waktu itu saya harus cepat cepat pulang ke kampung, ada sesuatu hal yang sangat penting. Sampai sampai saya tidak sempat meminta izin dulu kepada Den Farhan,"

Arggh, ya sudahlah. Aku tidak perlu tau apa masalahnya.

Masalah pak Umar adalah masalah pribadi, aku tidak wajib mengetahuinya.
Terlebih lagi, aku akan lebih tenang jika meninggalkan Abu di rumah.

Selain bisa di andalkan menjaga rumah, pak Umar juga bisa menjaga Abu, terlebih lagi mereka sudah sangat akrab.

"Maaf Den, apakah saya boleh bekerja lagi disini?"

"Iya sudah, pak Umar bisa kembali lagi kerja disini," Senyumku.

Terlihat dari wajahnya, ia sangat senang mendengar jawabanku.

Pertanyaanku yang belum sempat ku sampaikan kepada pak Umar waktu lalu, akan kutanyakan di waktu yang tepat setelah ini.
Aku tidak akan menanyakan hal itu sekarang.

**********

Hari ke-2

Hari ini, aku akan menjenguk Ratih. Bagaimana keadaanya sekarang?
Kenapa mereka tidak memberi kabar kemarin, semoga tidak terjadi apa apa.

Aku memberi pesan kepada pak Umar untuk menjaga rumah dan tentunya menjaga Abu. Aku menyarankan semua pintu harus terkunci dan tidak menerima tamu masuk tanpa seizinku. Sepertinya pak Umar mengerti, dia mengiyakan perintah ku.

Hari ini, rumah dan Abu. Ku percayakan sepenuhnya kepada pak Umar.

*********

Jalan raya padat sekali hari ini hingga menimbulkan kemacetan lumayan panjang.
Aku harus sabar menunggu di dalam mobil.

"Sebaiknya aku telfon Dani dulu,"

Ku gapai ponselku mencari kontak bernama 'Dani'.

*Meooooooooooooonggggg*

Suara kucing.
Aku menoleh ke belakang, ternyata benar. Kucing hitam itu lagi!

Sejak kapan kucing itu ada di dalam mobil, kapan dia masuk?
Kenapa aku baru sadar setelah dia bersuara.

Ah sudahlah, biarkan saja. Lagipula kucing itu diam dan tidak mengganggu.

"Andai saja kamu berwarna putih atau orange, pasti kamu tidak akan terlihat menyeramkan." batinku.

Mobil berjalan perlahan, ku sempatkan membeli makanan kucing, mungkin dia sedang menagih janjiku waktu itu.
Aku memang berjanji memberikan dia makanan jika bertemu di sini.

Ternyata benar, kucing itu memang sedang kelaparan.
Dia menyantap makanan yang ku berikan di dalam mobil.
Makannya sangat sopan, berbeda dengan kucing liar yang lain.

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang