Demas Fabian (28 tahun)
Muda
Tampan
Mapan
Tajir Melintir
Tegas dingin berkarakter
CEO F Company Yang berkuasa
Namun Takluk oleh CINTA
Freeya Aqila Hasbie Rasyid (24 tahun)
Cantik
Mandiri
Childish
Manja
Bertanggung jawab Profesional dan Berdedikasi t...
Ku awasi Freeya yang tengah mengecek truk yang keluar masuk gudang dari kejauhan. dia bahkan tak pernah mengeluh meski berada di titik terbawah. dia begitu anghuh meski sekedar untuk meminta ku kembali. aku masih terngiang pesan Kakek untuk tidak mengumumkan perihal kandasnya hubungsn kami kepada pers.
Aku tersenyum kecut melihat tingkah Freeya yang naik turun truk dengan konyolnya. dia seolah tak punya beban sementara hatiku ini rasanya nano nano. melihatnya setiap hari membuatku sakit mengingat dia berpelukan dengan Kail. kepasrahannya dipeluk Kail menjadikanku mati rasa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku berlari secepat kilat menyambar tubuh Freeya yang hampir terserempet truk yang baru keluar dari gudang. tubuh kami terguling ke tepian jalan. tubuh Freeya menindihku. tanpa sengaja mata kami saling bertubrukan. mata indah itu menatapku sedemikian teduh nya. kurasakan sesuatu di bawah sana bereaksi dengan menggeliat. tanpa sadar kurengkuh tubuhnya erat. Freeya sepertinya menyadari hingga menarik tubuhnya bangkit.
"Kau sudah gila ya ?" sembur nya geram.
"Kau yang gila ! kau mau mati apa ? kau hampir terserempet tadi, kenapa ceroboh sekali ?" semburku sama geramnya.
Aku bangkit sedikit terhuyung karena kurasakan pening di kepalaku.
"Kau...kau mengawasiku ? sudah aku katakan jangan biarkan aku melihatmu." tukasnya.
"Aku bisa menjaga diriku sendiri." ucap Freeya dengan angkuhnya.
"Dasar sombong."
Aku berbalik hendak melangkah namun tiba tiba aku kehilangan keseimbangan. aku hampir terjatuh kalau aku tidak srgera bersandar pada Freeya.
Freeya membawakuu duduk di kursi di depan gudang. ku pegangi belakang kepalaku. aku terperanjat saat tanganku penuh darah, Freeya serta merta menyentuh tanganku.
"Darah ! jahitanmu terbuka lagi." serunya panik.
"Ini pasti karna jatuh tadi."
Kuraih ponselku , ku arahkan mulutku pada sensor ponsel "telpon Haris" ku tunggu beberapa saat sampai telponku di angkat
"Cepat ke gudang selatan, Ris !" titahku
Freeya mengusap darah di tanganku dengan sapu tangan. dengan lembut dia membersih kan darah di belakang telinga ku. kucium wangi tubuh Treeya yang bak candu.
Haris berlari lari kecil menghampiriku dengan gugup dia segera me.apahku di bantu oleh Freya memasuki mobil.
"Ris, jaga Presdir ya ! aku harus kembali kerja." pesannya sebelum mobil melaju.
"Siap Ay." sahut Haris
Aku merebahkan tubuhku di kursi belakang mobil. ku rasakan sakit yang teramat sangat di kepala bagian belakangku. aku ingat Freeya, kenapa untuk menjauhimu harus kurasakan sakit yang teramat ?
,_=_= _=_
Hari ini aku ada meeting dengan Pak Alex, heh ! sudah pasti nanti Queenara akan turut serta. malas sekali rasanya bila harus berurusan dengan gadis itu.
"Minta Edward menggantikan ku, Ris 1" pintaku.
"Ini tender kakap Presdir." kata Haris mengingatkan.
"Shiitt....!!!" ;umpatku.
Saat keluar dari parkiran kulihat Freeya sedang bercengkrama bersama teman sesama karyawan gudangnya. Haris melirik kearahku yang langsung ku buang pandang.
"Mau sampai kapan seperti ini ? sampai Freeya bener bener membenci Presdir; ?" sergah Haris.
"Bukankah itu yang dia inginkan ? agar bisa kembali kepada Kail, dia begitu tersakiti dengan hubungan kami karna dia masih punya rasa dengan Kail." tukasku.
"Maaf Presdir,sepertinya ada yang salah dengan diri anda setelah kecelakaan kemarin." celetuk Haris terdengar kesal.
"Tutup mulutmu !" bentakku.
Haris langsu.g bungkam. entah lah seyiap kali melihat Freeya hatiku begitu bergemuruh. perasaanku campur aduk antara benci, rindu, takut kehilangan tapi juga ada rasa peduli.entahlah.
Selesai meeting, Aku mengiyakan saja saat Queenara mengajakku makan siang. aku minta Haris kembali ke kantor sementara Aku pergi bersama Queenara.
"Aku senang sekali akhirnya kamu mau aku ajak makan siang." ujar Queenara. sumringah
"Freeya tidak marah, bukan ?"
"Tidak." jawabku singkat.
"Dia sangat pengertian."
"Eemm...mau pesan apa ?"
"Kau pesan saja aku ikut." sahutku acuh tak acuh.
Queenara memanggil pelayan dan memesan makanan sedangkan aku hanya sibuk memainkan ponsel.
"Mas, pesanan saya sudah siap ?"
Aku menoleh saat kusadari aku mengenal suara itu "Freeya" aku menghela napas, tentu saja ini adalah restoran favoritnya.spaghetti carbonara restoran inilah yang menjadi magnet untuknya selalu datang kemari. dasar Freeya padahal sudah kularang dia untuk makan makanan sejenis pasta.
"Sepuluh menit lagi,mbak Freeya." jawab sang pelayan.
"Terima kasih akan saya tunggu." sahut Freeya lembut.
Terlihat Freeya mengedarkan pandangannya dan lagi mata kami saling bertemu. segera Freeya menurunkan pandangan nya dan mengambil duduk yang cukup jauh dariku.tapi aku masih bisa melihatnya. mata indah itu memerah. aku bahkan tak sanggup lagi melihatnya.
"Aku ke toilet sebentar, ya ?" pamitku.
Queenara mengangguk.
Aku basuh wajahku dengan air kupandangi diriku di cermin. apa yang terjadi padaku ? kenapa aku jadi seperti ini ? hatiku begitu sakit melihat Freeya seperti ini.
Aku kaget saat keluar Freeya sudah menungguku di depan pintu toilet.vmatanya yang sayu menatap teduh kearahku. mata itu seolah bertanya padaku, apa ini ?
"Seperti inikah ?"tanya Freeya ketus.
"Apa ?"
"Tak haruskah menjelas kan ?" tukas Freeya.
"Apa kau juga pernah terpikir menjelaskan ? sampai semua nya menjadi seperti ini apa kau pernah berinisiatif ?" hardikku
"Aku jelaskan apa ? aku lebih memilihmu, jelas aku memilih mu tapi apa ? kau meragukan ku."
"Ternyata cinta kita begitu rapuh."
"Aku pikir, kita telah melewati dahsyatnya badai. lalu kenapa di dera gerimis senja kau menggigil ?" ucap Freeya getir.
"Aku merasa kau berubah tapi nyatanya tidak. silahkan nikmati hari barumu itu bersama gadis tidak jelas itu." semburnya.
"Benar kata orang pria baik untuk wanita baik pula." sinis Freeya sambil lalu.
"Apa kau tau aku sakit Freeya ?" desisku sembari kutinju dinding di sebelahku