CH 4 Sakit

9.1K 376 7
                                    

****

Aku berdiri tepat disamping Presdir Demas. dia tetap acuh tak merespon kehadiranku. ku gedikkan bahuku menghela napas dengan lemah.

 ku gedikkan bahuku menghela napas dengan lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Batuuuu" kutukku geram.

Pintu lift terbuka, kami hampir masuk bersamaan hingga tubuh kami bersinggungan. Sssrreeetttt ! hawa hangat menyergap lenganku. kulihat dia sudah menekan tombolnya. aku pun berdiri sambil bersedekap tanpa bersuara. lagi-lagi kulirik dirinya. Pucat ! itulah yang kutangkap dari wajah itu. bibirnya sedikit putih tak seperti biasanya. matanya terpejam, terlihat dia menyandarkan tubuhnya di dinding lift. ku beranikan diri menoleh kearahnya. ku dekati tempatnya berdiri.

"Anda okay ?" tanyaku lirih

"Boleh aku bersandar sebentar ?" pintanya lemah.

Aku terkesiap antara kaget dan bingung. kuberanikan diri menyentuh dahinya. Panas !!! nafas dari mulut Demas pun terasa panas.

"Panas sekali ! kamu demam ?" seruku panik.

"Kita ke rumah sakit ya ?" kataku sambil meraba pipinya.

Ku pencet tombol dengan panik tapi dia keburu menggabruk tubuhku dari belakang. hawa panas tubuh nya kini menular di sekujur tubuhku. dagunya bertumpu di bahuku. kini pipinya yang panas menempel di pipiku. nafasnya terdengar tak beraturan, aku sama sekali tak berani menoleh. kutarik kedua tangannya yang menggantung bebas ku lingkarkan di pinggangku. kupegangi tangan kananku sementara tangan kiriku yang bebas mengelus pipi nya dengan lembut. aku tidak ingin dia sampai terjatuh.

Aku tak tahu entah kenapa hatiku tergerak untuk melakukan itu. aku yakin dia bisa merasakan kalau saat ini jantungku berdegub begitu kencang. Aku, Freeya Aqila Hasbie Rasyid tak pernah sedekat ini dengan pria lain selain Kail kekasihku.

Dengan susah payah aku memapah Demas sampai di depan apartment miliknya, secara badannya 2x dari ukuran tubuhku yang mungil. dia masih terpejam Aku kebingungan menemukan jari yang dia pakai sebagai sidik jari untuk membuka pintu.

"Ini yang mana ?" tanyaku yang hampir putus asa.

Dengan tangan yang masih kupegangi dia menempelkan 5 jari kanannya sekaligus dan perlahan pintu terbuka. kunyalakan lampu memapahnya ke tempat tidur dengan kepayahan. aku hampir saja menggabruk bersamanya. ku tarik tubuh nya yang masih belum berbantal. Ampuuunnn !!! berat sekali ! keringatku sampai jatuh bercucuran.

Ku lepaskan sepatunya, ku turunkan jasnya dan ku longgarkan dasi yang menggantung di kerah kemeja putihnya. pendingin ruangan segera kumatikan.

"Gimana ini ?" keluhku.

"Telpon Haris ! ya aku harus telpon Haris." ucapku berinisiatif.

Kurogoh ponsel di dalam tasku. ah sial ! aku tidak punya kontak siapapun yang dekat dengannya. Aku masih mondar mandir seperti orang gila untuk beberapa menit sampai akhirnya kuputuskan untuk memberanikan diri merogoh ponsel Demas yang terselip di saku celana.

 Me Vs My CEO 21+ (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang