Elikka dan Joe tidak akan pernah membiarkan orang-orang yang berani menyakiti anaknya begitu saja. Dia tidak akan memaafkan mereka semudah itu dan orang yang menyelakai Ace itu tidak minta maaf sama sekali dan tidak bertanggung jawab. Haruskah dia masih bersikap baik pada manusia-manusia sampah yang tidak bisa bertanggung jawab?
Dan hari ini mereka datang ke SMA pancasila, sebenarnya Elikka dan Joe tidak meminta pertanggung jawaban karena mereka sendiri masih mampu menanggung Ace. Setidaknya, mereka harus minta maaf, atau menjenguk keadaan anaknya.
"Ruang guru dimana ya?" Elikka bertanya pada salah satu murid SMA Pancasila.
"Oh dari sini lurus terus belok kiri, nanti juga ada tulisannya kok," beritahu siswa tersebut.
"Ohiya makasih ya," Elikka berterimakasih.
Lalu keduanya kembali berjalan, mereka bergandengan. Sudah seperti sepasang suami istri yang sedang fashion show. Mereka berjalan menuruti petunjuk anak tadi. Sampai akhirnya keduanya menemukan pintu dengan tulisan ruang guru.
Joe langsung mengetuk pintu dan tak lama langsung ada yang membuka.
"Eh, selamat pagi," salah satu guru yang membukan pintu langsung menyapa dengan ramah ketika melihat Elikka dan Joe.
"Pagi."
"Ada perlu dengan siapa?" Tanya guru itu.
"Dengan siapa saja, saya ingin berbicara dengan murid yang namanya Argani anak futsal dengan nomor punggung 7, yang kemaren ikut turnamen futsal dan bikin kaki orang cedera terus gak tanggung jawab," cukup lengkap jawaban Elikka.
"Oh Argani, tapi kalian siapa? Kita tidak bisa mempertemukan murid-murid kita dengan sembarang orang," guru itu yang tadinya ramah langsung berubah menjadi sedikit angkuh.
"Saya Elikka, orangtua korban!"
"Oh orangtua korban," guru itu hanya mengangguk-angguk.
"Iya! Sekarang saya ingin bertemu dengan Argani!"
"Tapi maaf tidak bisa, saya tidak akan mempertemukan murid-murid Pancasila dengan sembarang orang, apalagi orang yang tak dikenal seperti kalian," kata guru itu.
"Sembarang orang?" Elikka menaikkan satu alisnya dan berekspresi tidak peracaya ke arah guru wanita itu. "Saya orangtua korban, saya hanya ingin meminta pertanggung jawaban, tidak, saya masih mampu mengurus anak saya sendiri. Tapi saya hanya ingin dia minta maaf pada anak saya yang udah dia buat cedera, dia sampe gak bisa jalan! Apa anda pikir saya akan diam saja ketika anak saya diperlakukan tidak adil?"
"Iya terserah ibu, sekali lagi saya bilang, saya tidak akan mempertemukan murid-murid Pancasila dengan sembarang orang."
"Memang guru-guru sekolah ini mendukung anak-anak muridnya buat berbuat curang," guman Elikka sambil memutarkan bola matanya.
Joe mengusap bahu istrinya lalu giliran dia yang bersuara.
"Kami bukan orang sembarangan, kami adalah orangtua korban. Kami hanya ingin bertemu dengan Argani."
"Sekarang itu banyak sekali bentuk kejahatan, bisa saja kalian ingin bertemu murid kami karena berniat mencelakainya."
"Korban sinetron," guman Elikka.
"Bukan korban sinetron, tapi memang bisa saja terjadi. Apa kalian pikir saya percaya dengan bule macam kalian?"
Oh ternyata yang dipermasalahkan adalah tampang mereka, mungkin mereka tidak percaya karena keduanya sama-sama memiliki darah campuran.
"Saya-"
"Ada apasih ini ribut-ribut," salah satu guru laki-laki mendekat kearah pintu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Disusul oleh dua kawan mereka dibelakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKBOI (END)
Teen FictionUDAH PERNAH NGUBAH PAKBOI JADI BUCIN BELUM? KALO BELUM COBAIN DEH, RASANYA.... AH MANTAP! *** "Pacaran yuk?" ajak Ace tanpa beban. Terlalu to the point. Shanetta langsung menoleh kearah Ace, ini seriusan? "Jawab dong An, bukan malah liatin aku gitu...