14. Marah

50.7K 5.3K 60
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul setengah dua belas malam. Akhirnya Ace pulang diantarkan oleh Andre. Laki-laki itu mengendap-endap memasuki rumahnya. Lampu rumahnya sudah mati yang artinya keluarga nya sudah tertidur.

Tok tok tok

Ace mengetuk pintu, sebenarnya sebelum pulang kerumah, Ace berjanjian dulu dengan Shatya. Jika dirinya pulang tolong bukakan pintu, itupun harus ada imbalannya. Makanya ditangannya sudah menjinjing sebuah kresek makanan fast food.

Shatya belum tau jika adiknya mengalami kecelakaan bahkan yang lebih parah ia belum tau bahwa Ace menggunakan motornya. Sudah kebiasaan Ace jika pulang malam akan menyogok orang rumah dengan makanan karena keluarga itu suka sekali makanan.

Jika tidak ada Shatya atau Allisya dirumah, Ace akan meminta bantuan Ayahnya. Jika ketiganya tidak ada, entahlah nasib Ace bagaimana. Pasalnya sang Bunda selalu memarahinya ketika pulang malam bahkan dengan sengaja mungunci semua pintu dan jendela jam 8 malam agar anaknya kesusahan memasuki rumah.

Ketika mudapun Shatya seperti itu, makanya sifatnya yang badung turun kepada Ace. Sedangkan sifat pintarnya turun pada adik perempuannya. Saat muda, Shatya sering pulang malam dan ia selalu meminya bantuan Allisya untuk membukakan pintu dengan imbalan.

Sebagian lampu didalam rumah kembali menyala yang artinya ada orang yang bangun, pintu pun langsung terbuka. Dan itu tentu Shatya yang membukanya.

"Weehh kamu memang keturunan kelelawar," ujar Shatya saat membukakan pintu. Ia langsung mengambil kresek yang dipegang adiknya.

Ace mendengus, "awas jing gue mau masuk!" kata Ace karena badan kakaknya yang menghalangi pintu. Shatya langsung maju keluar dengan mata masih berbinar menatap kresek putih ditangannya.

Setelah Ace masuk barulah Shatya mengikuti adiknya seraya menutup pintu. Tapi dia menyadari sesuatu, sebenarnya Shatya sudah menunggu kedatangan adiknya dari satu jam yang lalu dan ia menunggu di ruang tengah dan selama itu tak ada suara motor terdengar.

"Motor lo mana nyet?" tanya Shatya seraya duduk disofa, Ace yang telah merebahkan tubuhnya disofa panjang dan memejamkan mata. Shatya tidak tau jika Ace memakai motornya. "Dih tangan lo kenapa diperban segela?" tanya nya lagi ketika melihat perban berwarna coklat melepisi tangan Ace.

"Kecelakaan gue tadi," sahut Ace masih memejamkan mata.

"Mampus," guman Shatya sambil menahan tawa, memang kakak dan adik itu sama-sama laknat. Ace yang mendengar itu membuka mata lalu menatap tajam kakaknya. "Terus motor lo gimana? Tuman si kebut-kebutan!"

"Tanyain gue dulu kek!"

"Motor lebih mahal daripada lo," sahut Shatya membuka box makanan yang dibelikan Ace.

"Hina banget gue."

"Tapi tanggung jawab si penabrak?" tanya Shatya.

"Iye! Kalo gak tanggung jawab gak bakal ke rumah sakit, gak ada duit gue. Bagi duit lah lo, kerja kok gak pernah ngasih THR," ujar Ace.

"Buat Allisya aja duit gue udah abis," jawab Shatya. Agashatya, abang yang selalu dipalak oleh adik perempuannya.

"Oke, ternyata gua cuman adek pungut," Ace yang merasa tidak adil.

"Iya bye-bye anak pungut," sahut Shatya sambil melambaikan tangan.

Ace kembali mendengus lalu memejamkan matanya karena matanya yang sudah berat.

FAKBOI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang