"Dadah, tungguin Daddy ya."
"Iya."
Setalah sambung telepon dengan anaknya terputus, Joe kembali memfokuskan pandangannya pada jalan. Dia tersenyum lebar, memikirkan wajah bahagia anak-anaknya, sungguh membuatnya bahagia luar biasa.
Tanpa sadar, fokusnya mulai terpecah belah, Joe hanya memikirkan anaknya. Ketiga malaikat kecilnya.
Pria itu mulai masuk ke dalam lamunan, pandangannya kosong. Saat beberapa puluh meter lagi menuju rumah sakit, Joe membulatkan matanya dengan sempurna. Ketika melihat sebuah truk yang melaju dengan kecepatan tinggi ke arahnya, dia membanting stir, mengerem secara mendadak.
Tapi semuanya terlambat...
Mobil Joe terpental dan membalik, Joe merasakan kepalanya terbentur tak karuan. Darah mulai bercucuran darimana saja. Rasa sakit mulai menimpa sekujur tubuhnya, semua beban seperti ada padanya.
Tubuhnya tidak bisa digerakkan, digerakkan sedikit pun terasa sakit semua. Ia pun mulai susah bernafas, dengan sisa tenaganya, Joe mengedarkan pandangannya, mencari handphone sebagai alat satu-satunya untuk menghubungi keluarganya.
Tapi pria itu benar-benar kesakitan sekarang, serpihan kaca sepertinya banyak yang mengenai tubuhnya.
Pandangannya mulai mengabur, tapi dia masih bisa mendengar suara riuh orang-orang yang mengelilingi mobilnya. Mereka menjerit-jerit dan berusaha mengeluarkannya dari mobil.
Penglihatan Joe semakin mengabur kemudian buram dan benar-benar gelap setelahnya.
0o0
Isak tangis penuh kepiluan terdengar hingga ke ujung lorong. Air mata Elikka tidak bisa di bendung, dia menjerit ketika mengingat wajah suaminya yang dilumuri darah. Tangannya gemetar, mengusap wajahnya yang sudah tidak karuan. Tubuhnya lemas, keringat dan air mata menyatu. Wanita itu menangis, hingga ia merasa lelah, hingga ia kehabisan suara.
Agashatya sebagai anak pertama, berusaha menenangkan mamanya. Dia memeluk wanita itu, berusaha mengurangi tangisan ibunya. Walaupun ia merasakan hal sama, tapi ia berusaha menjadi penguat mamanya. Berusaha membuktikan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Padahal laki-laki itu sangat terpuruk, dia ingin menangis sejadi-jadinya ketika melihat panutannya selama ini terbaring lemah. Walaupun tanpa sadar, air mata mengalir membasahi pipinya.
Allisya terduduk dikursi dengan pandangan kosong, matanya sudah membengkak. Calvan mengusap bahu kekasihnya lalu memeluknya. Setelah itu, Allisya kembali menangis. Menumpahkan segala kesedihannya dibahu laki-laki itu.
Jessie pun merasakan hal yang sama, matanya berkaca-kaca. Dia sibuk menelepon keluarga suaminya untuk mengabari keadaan papa mertuanya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FAKBOI (END)
Teen FictionUDAH PERNAH NGUBAH PAKBOI JADI BUCIN BELUM? KALO BELUM COBAIN DEH, RASANYA.... AH MANTAP! *** "Pacaran yuk?" ajak Ace tanpa beban. Terlalu to the point. Shanetta langsung menoleh kearah Ace, ini seriusan? "Jawab dong An, bukan malah liatin aku gitu...