JS 28 [🌑

6.3K 296 45
                                    

Perlahan mas Rey terbangun, sedikit demi sedikit dia mulai bisa membuka matanya.
Mas Rey menoleh ke arahku, tangannya mengusap air mata yang terus saja mengalir tanpa henti.

"Jangan pernah keluarkan air matamu ini, Ratih.
Apalagi hanya untuk menangisiku seperti ini, airmatamu itu mahal sayang," Ucapnya sangat lemah.

Mas Rey bangun, dia sudah sadar dan hidup kembali!
Bahkan mas Rey bisa mengenaliku, dia bisa berbicara, hanya saja suaranya masih sangat lemah.

"Jangan menangis lagi ya, aku sudah bangun.
Terimakasih sudah ada di sini, aku bahagia bisa bertemu denganmu lagi!"

Tubuh mas Rey lunglai masih tergeletak di atas tanah, namun kepalanya berada di dalam pangkuanku.

"In syaa Allah, kita akan selalu bersama." Kata mad Rey berkaca-kaca, seulas senyum manisnya berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.

Meskipun dalam keadaan begini saja, dmas Rey terus saja meyakinkan ku, bahwa dia kuat dan kami pasti akan Selalu bersama.

Dia selalu tersenyum setiap kali ada di dekatku, mas Rey selalu menunjukan bahwa dia sedang baik-baik saja.

"Maafkan aku karena sudah membawamu ke dalam masalahku, Ratih.
Sampai kamu harus rela datang kemari, meninggalkan keluarga di rumah.
Maafkan aku sudah membuat kamu seperti ini," Ucap mas Rey, yang merasa bersalah.

Mas Rey menyentuh luka di kening ku, Tangannya menggenggam erat kedua tanganku dengan matanya yang berkaca kaca.

"Maafkan aku, ya." Air mata mas Rey luruh, ia menundukan kepalanya perlahan.

"Aku sangat mencintaimu, maafkan aku!" Sesalnya

"Aku percaya kamu benar benar mencintaiku, Mas. Aku mencintaimu!" Jawabku penuh haru.

"Selama ini kamu sudah berkorban dan berjuang untukku dan Hafiza.
Bahkan ini tidak sebanding dengan apa yang telah kamu lewati selama ini.
Aku hanya berjuang sedikit dari perjuangan kamu selama ini, aku ingin kamu bebas, mas Rey." Lanjutku.

Spontan mas Rey memeluk tubuhku dengan erat.
Aku tidak bisa menghindar dan menolak pelukan darinya, karena aku tidak mau munafik di tempat ini, aku begitu bahagia melihat mas Rey telah sadar! Aku merindukannya, aku takut kehilangannya! Mas Rey lah tempat kenyamananku yang sebenarnya.

Ada rasa tenang, aman dan damai saat ada di sampingnya, aku bahagia ada di dekatnya.

Dengan keadaan kami yang seperti ini, kebersamaan membuat kami lupa akan rasa sakit yang sedang kami rasakan.

"Sungguh, aku mencintaimu, aku selalu berharap menjadi manusia seutuhnya untuk selalu bersama kamu dan Hafiza,"

Pelukan mas Rey belum ia lepaskan, aku masih berada di dekapan mas Rey.

"Apakah kamu tau, Hafiza selalu mempertanyakan tentang ayahnya? Hafiza menunggu kedatanganmu.
Dia ingin segera bertemu dengan seorang ayah, yang selama ini di impikannya." Kataku, berderai airmata.

"Entah berapa lama aku meninggalkan anak ku dan kedua orang tuaku di rumah. Yang aku ingat, aku sudah cukup lama meninggalkan mereka." Renungku.

Mas Rey melepaskan pelukannya dan menghadap ke arahku.

"Sayang, kita harus bisa keluar dari sini, kita akan pulang menemui Hafiza secepatnya, sebelum mereka menyadari kamu ada di sini." Tegas mas Rey, ia terlihat panik.

"Kenapa, Mas? Ada apa?" Tanyaku.

"Kamu tau, hanya kamu lah yang bisa memadamkan kobaran api yang mereka buat.
Setelah melihat api itu padam, mereka pasti tau, kamu ada di dalam lingkaran ini."

 JELMAAN SUAMIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang