(15) Pupus

120 20 9
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Let me raise my hand. I already give up. — Areta Z.A.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Bagaimana rasanya menjadi anak (calon) broken home? Kalau kalian tanya sama Areta, jawabannya sangat tidak menyenangkan. Sejak Bunda selalu menyuruh Ayah poligami, rumah tangga kedua orang tua Areta dibilang berada di ujung tanduk. Kenapa? Diantara mereka tidak ada yang mau mengalah. Keduanya sama-sama keras. Yang satu tidak ingin melakukan, yang satunya lagi mendesak terus. Akhirnya? Berantem. Adu mulut. Adu kekuasaan. Tidak ada yang mau mengalah.

Hal itu sudah berlangsung lama. Tapi semakin buruk sejak beberapa bulan terakhir — setengah tahun kira-kira. Itulah yang membuat Areta bahkan Azril yang sebenarnya orangnya cuek pun jadi malas di rumah. Untuk apa di rumah kalau hanya disuguhkan kejadian mengerikan seperti itu. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berpulang, tapi tidak bagi Areta dan Azril.

Baik Areta maupun Azril enggan bertemu dengan orang tuanya. Katakan mereka sedang mengindar dari orang tuanya sendiri. Kabur. Tapi bukan untuk menghilang — setidaknya sampai saat ini. Beruntung Azril masih SMA, peluang untuk bertemu dengan Jaehyun atau Feira kecil. Tidak seperti dirinya yang mana kuliah di tempat yang sama seperti Ayahnya bekerja. Meski beda fakultas dan gedungnya sudah berbeda pun Jaehyun bisa dengan mudah menemuinya. Atau paling tidak menampakkan diri di sekitar dirinya.

Mau tidak kuliah juga sayang, sayang pada diri sendiri maksudnya. Sehari tidak masuk kelas bisa membuatnya ketinggalan materi. Kalau dirinya tak paham materi dia juga yang akan kesusahan waktu ada review atau kuis.

Seperti sekarang, Areta tengah duduk di kelas bersama para teman lainnya, mendengarkan dosen sedang menjelaskan materi. Ngantuk? Jangan ditanya. Bahkan rasanya Areta bisa langsung merem kalau kepala ia taruh di atas meja. Tapi karena di awal tadi si dosen sudah bilang kalau akan ada tugas tentang materi ini, mau tak mau Areta harus menahan rasa kantuknya.

Lima detik serasa lima menit. Lima puluh menit serasa lima puluh abad. Ditambah mood nya sedang tidak bagus, ya sudah. Hancur semua.

Akhirnya, pertemuan usai juga ketika jam dinding kelas jarum panjangnya menunjuk angka tiga dan jarum pendeknya menunjuk angka sepuluh. Kelas terkahir di hari ini telah selesai. Satu persatu mahasiswa mulai meninggalkan kelas, bahkan Ailyn yang duduk di sebelahnya juga sudah pamit duluan karena sudah di jemput di bawah gedung. Iya, bukan lagi Diva yang duduk di sebelahnya — selain bangku perkuliahan itu sifatnya tidak tetap, jadi boleh saja mau pindah-pindah tempat duduk. Bukan Areta yang mendahului, tapi Diva sendiri yang memilih untuk pindah bangku jadi di barisan agak depan.

Kalau Ailyn sudah dijemput, Areta juga sama, sudah ada janji menemani Tara. Menemani mengerjakan skripsi di salah satu kafe langganan mereka.

Begitu Areta sudah berada di parkiran, gadis itu langsung memancarkan pandangan untuk mencari sang pacar. Tapi batang hidung Tara tidak kunjung ia temukan. Saat merogoh hp, ternyata ada pesan dari Tara bahwa dia sedang berada di toilet karena tiba-tiba sakit perut. Akhirnya, Areta memilih menunggu di kursi panjang di koridor lantai dasar sambil mainan hp.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang