(19) Video Call

97 19 5
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's!

••••

Malam ini, Areta duduk sendirian di kursi meja makan yang ada di dapur. Ditemani dengan dering telepon dari Tara untuk yang ketiga kalinya. Masih tidak ada mood untuk mendengar permintaan maaf dari sang pacar, jadi sedari tadi tidak ia angkat. Tangannya terlipat di depan dada, duduk menyender di dinding kursi sambil menatap kosong pada udara.

Hatinya masih tidak tenang, dan itu gara-gara ucapannya tadi sore kepada sang Ayah. Dia tidak akan tenang sebelum meminta maaf, pasti hati Ayahnya dongkol dan sakit karena ucapannya dipotong begitu saja tadi. Sekarang sudah pukul sembilan lebih empat puluh menit, biasanya Ayahnya akan pulang sekitar jam sepuluh-an kalau mengajar kelas karyawan. Mungkin, dia harus bertahan lebih lama lagi.

Bunda sudah tidur, tak heran soalnya Bunda sedang tak enak badan. Kalau Azril, paling ya ada di kamar sedang main PS, atau tiduran sambil scroll hp. Areta yakin, adiknya itu belum akan tidur kalau belum pukul dua belas. Atau malah sebelum ada kultum dari Ayah, Azril tidak akan tidur semalaman.

Ting

Ada pesan dari Tara.

From: Tara🌿
Sayang
Jgn bikin khawatir
Pliss angkat

To: Tara🌿
Kalo gk mau aku tmbh marah
Mending km diem dulu
Beri aku waktu

From: Tara🌿
Oke
Kabari secepatnya
Read.

Areta membanting pelan hp nya di atas meja makan. Napasnya memburu, sebenarnya mau Tara itu apa. Kalau niatnya hanya untuk menyakiti, kenapa masih dipertahankan hubungannya. Memangnya hatinya itu sekuat baja? Pikirnya.

"I hate you, Kak Tara." Gumamnya sembari menenggelamkan wajahnya di sela-sela lengannya di atas meja. "Really hate you, I hate you that always ghosting my mind."

"Tara kenapa lagi?"

Areta sontak mengangkat kepalanya. Ada sang Ayah berjalan lesu kearah tempatnya berada. "Ayah.."

Jaehyun meletakkan tas ransel nya di atas meja, lalu membawa langkah kakinya menuju wastafel dapur untuk mencuci tangan dan wajah. Areta diam memperhatikan, wajah Ayahnya masih sama kusutnya seperti tadi. Tidak ada sapaan manis seperti biasanya kalau Ayah menyapa setiap bertemu. Tidak ada usapan tangan di kepalanya. Tidak ada saling tatap muka juga. Apa Ayahnya benar-benar marah padanya? Sungguh, Areta tak bermaksud menyakiti hati Ayahnya.

Jaehyun mengeluarkan gelas dari dalam etalase penyimpanan alat-alat makan. Lagaknya seperti ingin membuat minum. Biasanya, akan ada Bunda yang membuatkan minum selepas pulang kerja, tapi bahkan sekarang Bunda sudah tidur duluan.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang