(58) Titipan

82 15 2
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Restoran nasi padang pinggir jalan menjadi tujuan Areta, Daffa, Chandra, dan Iqbal untuk makan siang. Selepas sholat dzuhur berjamaah, mereka berempat jalan kaki mencari warung makan dan akhirnya menemukan restoran padang tersebut.

"Tara nanti nyariin nggak?"

Areta menggeleng menanggapi ucapan Chandra. "Kak Tara baru aja tidur terus aku tinggal. Ada adeknya juga, kasihan sih belum makan siang juga."

"Gabung sini aja kalau mau orangnya." Saran Chandra.

Areta setuju. Lantas mengambil hp nya yang ia kantong di saku celana jeans nya dan menghubungi nomor Bara. Langsung diangkat, pasti orangnya sudah bangun dari tidur. Tapi saat Areta menawarkan untuk keluar dan makan siang bersamanya, Bara menolak. Bara akan keluar cari makan kalau dirinya sudah kembali ke kamar Tara. Oke, Bara sepertinya memang tipikal tsundere brother. Persis seperti adiknya, Azril. Diluar terlihat tak peduli, tapi diam-diam sangat perhatian.

"Bara nanti cari makan kalau aku udah balik ke kamar Kak Tara."

"Ohh..." Chandra manggut-manggut saja. "...adeknya si Tara umur berapa emang, Ret?"

"Satu tahun di bawah kita. Tapi kuliahnya di Singapura. Ambil kedokteran. Ini dia lagi ngajuin cuti kuliah."

"Oh, calon dokter."

"Bentar kayaknya aku mau ganti minum bukan es teh tapi es jeruk."

Areta beranjak begitu saja, dan Iqbal langsung bisik-bisik di kecil.

"Areta. Itu cewek Jakarta yang lo bicarain dulu itu, kan? Yang katanya bikin si Daffa galau karena ceweknya udah punya pacar dan usia hubungannya udah tiga tahun?"

"Yaptul! Iyap betul!" Chandra membalas tegas, sedikit mengejek.

"Owalah, pantessss. Pantesan si Daffa kecantol orang cantik gitu."

Chandra tak lagi membalas, hanya terkikik kecil karena Areta sudah kembali berjalan kearah meja mereka. Sedangkan Daffa seperti tak ada niat untuk membantah.

Kembali duduklah si Areta, begitu matanya tertuju kepada Daffa gadis itu langsung berujar, "Daf, kamu beneran udah nggak papa?"

Yang dipanggil mengangkat kepala lantas menggeleng. "Nggak papa."

"Still dizzy or what? Kamu kelihatan pucat banget." Tapi lagi-lagi Daffa hanya menggeleng. "Aku saranin, mending cepat diambil tindakan biopsi. Biar tahu seberapa parah penyakit kamu, dan penanganan dokter juga bisa disesuaikan. Aku takutnya nanti malah tambah parah kalau kamu nunda-nunda."

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang