(42) Di Rumah Kopi

80 15 18
                                    

Happy reading

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


please vote if you know how to respect author's work!

••••

"Zril, nanti anter gue keluar, ya?"

"Hah? Kemana?"

"Beli sesuatu. Besok gue mau ketemu temen."

"Nggak bisa, gue nggak bisa bawa mobil."

Oh iya, di rumah ini tidak ada motor dan hanya ada satu kendaraan yaitu mobil milik sang Ayah. Susah juga sih, kalau mau bepergian. Apalagi rencana besok Areta mau main keluar.

"Mau kemana sih, Kak?" Feira yang tengah mencuci ayam di dapur pun menyahut ketika mendengar percakapan kedua anaknya di ruang keluarga.

"Supermarket, Bun. Itu lho, kan aku punya temen yang dari Purwokerto yang kuliah di Semarang. Yang pernah aku ceritain. Nah, dia tuh satu kampus sama Ayah. Dan, dia habis pulang dari rumah sakit. Udah agak lama, sih, tapi ya nggak papa telat daripada enggak sama sekali." Jelas Areta dari ruang keluarga.

"Terus kamu mau jenguk sekalian ketemuan gitu?"

"Iyups! Tapi lupa kalo cuma ada mobil disini." Areta berdecak lesu.

"Nanti minta anter ke Ayah kan bisa." Saran sang Bunda.

"Bisa. Tapi ya masa selama aku disini keluar sama Ayah terus!"

"Wkwkwkwk—parah kek bocil main ditemenin Ayah." Celetuk Azril.

"Nggak usah ketawa!" Semprot Areta pada adiknya. "Lo besok gue ajak dan harus mau! Nemenin gue keluar."

"Idih! Ogah!"

"Harus mau!"

"Idih! Maksa?"

"Iya."

Lantas, Areta pun beranjak dari ruang keluarga menuju dapur. Membantu sang Bunda yang lagi mencuci ayam. Kayaknya sih, menu makan malam nanti ada ayam-ayamnya.

"Bun, ajarin aku masak, dong." Ujar Areta.

"Nah gitu! Belajar masak! Biar gue nggak dimasakin itu-itu aja kalo di rumah!"

"Bacot!"

"Kakak, ih, masa omongannya kayak gitu ke adeknya."

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang