(40) Terciduk

89 13 11
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


please vote if you know how to respect author's work!

••••

Sejak kepulangannya dari rumah sakit pasca kecelakaan lalu, sungguh rasa-rasanya Daffa jadi kayak orang penting dan berarti. Meskipun tidak sepenting seperti orang yang memiliki gelar tinggi, atau jabatan tinggi, hanya saja karena mungkin jadi pada tahu kalau dirinya menderita tumor, semua orang yang mengenalnya jadi bersikap jauh lebih baik, setiap hari menanyakan bagaimana keadaannya. Padahal ya, tidak harus seperti itu pun tidak apa-apa. Yang ada Daffa malah merasa risih, merasa dikasihani, juga merasa seolah-olah dirinya akan segera pergi untuk selamanya. Yang jelas amit-amit untuk terjadi. Daffa yakin kok, dia masih bisa sembuh. Toh, kata sang dokter juga tumor nya masih tingkat awal.

Bukan hanya teman-temannya, Zahra sang kekasih pun juga sama. Meski tak ditunjukkan secara langsung, tapi cewek itu tak pernah lupa menyuruhnya istirahat yang cukup. Bahkan rencana Daffa yang ingin cari kerja paruh waktu saja Zahra tidak membolehkannya. Dengan alasan "nanti kamu capek."

Tapi yang namanya Daffa kan kerasa kepala. Dia masih saja cari info lowongan pekerjaan paruh waktu, dan sekarang dia sudah mendapatkan posisi yang mungkin tidak akan membuatnya kelelahan ataupun keteteran jika harus disambi dengan kuliah. Belum melamar, tapi sudah ada rencana. Rencananya, Daffa akan kerja part time di sebuah kafe yang tak jauh dari kampusnya. Sebagai asisten barista, tidak buruk amat, lah. Ya meski dirinya tak ada passion menjadi barista, tapi dalam keterangan disana tertulis kalau siapapun boleh melamar pekerjaan tersebut dan akan dipandu mulai dari nol. Jadi, apa salahnya kalau Daffa mencoba.

Sore ini Daffa baru saja selesai mandi, baru akan memakai baju saat tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.

"Daf, ke kamar gue!"

Itu suara Chandra. Daffa tak menyahut apapun, tapi begitu selesai berpakaian dia langsung mengambil hp dan menuju kamar Chandra.

"Ngapa?"

Daffa langsung saja masuk, duduk bersila di atas karpet tipis. Sedangkan Chandra sedang sibuk melepas kemejanya dan berganti mengenakan kaos.

"Grup angkatan lo mute?"

"He.em. Nyong mumet ngrungokna notifikasi ora ana enteke."

"Pantes. Nyah, dheleng." Chandra menyodorkan hp nya pada Daffa.
(Nih, lihat).

Daffa lihat room chat dari grup angkatan kampusnya di hp Chandra. Yang mana mahasiswa-mahasiswa di dalamnya pada ribut membicarakan isu kalau salah satu mahasiswa seangkatan mereka ada yang di drop out. Jujur Daffa agak kaget, belum bisa menebak siapa yang kena dapuk oleh universitas. Namun, begitu dia scroll terus, ada satu nama yang digosipkan mampu membuat matanya melotot lebar.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang