(65) But In The End, He's Gone

73 11 15
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

warning; panjang banget, silahkan baca di waktu senggang, jangan bosan ya ini 6k words. 😬

••••

Tadinya Daffa mau heran saat melihat status WhatsApp milik Areta pagi tadi. Setahunya, gadis itu sudah balik ke Jakarta hari Senin kemarin dengan mengambil perjalanan udara di pagi buta. Namun, di hari kamis pagi tadi dia sudah kembali melihat status gadis itu yang sudah kembali lagi ke Semarang — lebih tepatnya di rumah sakit dengan pemandangan yang lagi-lagi Tara kembali berstatus menjadi pasien. Biasanya kalau mau ke Semarang, Areta baru akan sampai di hari Kamis malam. Tapi sekarang, Kamis pagi sudah ada di sini saja.

Karena penasaran, Daffa pun akhirnya tanya kepada Azril. Yang ternyata, Areta nekat balik lagi ke Semarang diam-diam — lagi-lagi naik pesawat bersama satu kerabat Tara — karena keadaan Tara yang kembali drop dan masuk rumah sakit lagi. Padahal gadis itu baru saja selesai melakukan sidang proposal skripsinya di hari Senin. Ya, Daffa tidak meragukan kekuatan cinta, sih. Mau apapun keadaannya, pasti akan dilakukannya.

Sejak tahu kalau Tara sudah sah memeluk agama Islam, Daffa mulai mencoba untuk sadar diri. Dia tak ingin terjebak dengan perasaannya sendiri yang ia tahu tidak akan pernah dapat balasan. Dia tak ingin bersikap bodoh dengan menyakiti hatinya sendiri. Sekarang ini, dia tengah mengalihkan pikirannya untuk lebih fokus pada kuliahnya dan juga pekerjaannya.

Benar. Toh, dia juga butuh biaya untuk melakukan biopsi. Yang baru-baru ini dia coba searching kalau biaya untuk melakukan biopsi itu sangatlah mahal. Untuk sampai ke diagnosis awal kanker, termasuk prosedur biopsi di dalamnya, dibutuhkan setidaknya sepuluh juta rupiah. Belum lagi kalau harus melakukan operasi, minimal dibutuhkan dua puluh lima sampai dua puluh sembilan juta rupiah. Dan benar, memang sekarang ini sel tumor yang Daffa miliki sudah berkembang menjadi sel kanker. Daffa tahu juga karena beberapa hari yang lalu dia nekat untuk kontrol secara diam-diam karena rasa sakit di kepalanya semakin sering terjadi. Rasanya seperti tak sanggup bahkan digunakan untuk berpikir menggarap skripsinya. Ternyata apa, hasilnya dokter bilang ternyata sel yang bersarang di kepala bagian belakangnya sudah bukan sel tumor jinak, tapi sel kanker stadium awal.

Pusing, darimana ia dapat biaya sebanyak itu. Pengennya sih lekas melakukan pengobatan, tapi masalah tersendat pada biaya. Areta pernah menawarkan bantuan, tapi ya dia tidak enak hati. Toh mereka juga tidak sedekat itu juga. Rasanya Daffa malu.

Dan mengenai penyakitnya ini, masih ia simpan sendirian. Belum ada yang tahu. Termasuk Chandra yang setiap hari selalu bersamanya. Untungnya, sekarang Chandra sudah punya pacar, jadi tidak melulu cowok itu menempel padanya seperti sebelum punya Kiya.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang