(52) Indirect Confession

102 13 11
                                    

Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Yang lumayan terkejut saat Azril membawa paksa kakaknya masuk ke kamar adalah Kiya. Gadis itu baru saja ingin melepas kerudungnya sebentar sambil menunggu gilirannya buat mandi, namun langsung gagal dan cepat-cepat ia pakai lagi soalnya ada Azril yang ikutan masuk.

Azril terlihat masih tenang, meski raut wajahnya sudah datar. Sedangkan Areta sudah sibuk mengusap matanya yang panas dan berair. Kiya tak tahu apa yang baru saja terjadi, tapi kayaknya mereka lagi ada masalah.

"Kak Kiy, kamar mandi kosong. Buruan mandi nanti keburu malam. Nyalain aja water heater nya."

Kiya tak menjawab, namun kepalanya mengangguk dan langsung melangkah keluar kamar. Dia cukup paham kalau dia tak berhak mencampuri urusan orang lain.

Sedangkan di kamar, Azril tak langsung pergi. Masih berdiri menghadap pada kakaknya yang sudah duduk di kursi rias dalam diam.

"Kenapa Ayah bisa marah kayak gitu lagi?" Tanya Azril, dia sudah capek melihat Ayah dan kakaknya selalu bertengkar.

"Bukan urusan lo."

"Salah. Itu urusan gue karena lo kakak gue. Cepetan ngomong."

"Gue capek... lo pergi aja sana."

"Lo ngomong apa lagi ke Ayah sampai bikin Ayah marah?!"

"Emang pada dasarnya darah Ayah nurun ke lo! Semuanya pada suka bentak." Sindir Areta.

Azril, otomatis langsung menghela napas dan mencoba lebih tenang. Tak tahu juga kenapa dia ikut-ikutan tersulut emosi. Langkahnya mendekat, duduk di pinggiran meja rias sang kakak dan menatap pada dinding di hadapannya.

"Kak, lo tahu sendiri kan Ayah itu sensitif banget kalau urusan keyakinan." Areta diam. "Ngomong apa tadi kok bisa bikin Ayah semarah itu? Bilang selamanya lo akan tetap jadi seorang muslim. Kak Tara nyuruh lo pindah Katholik? Iya? Atau lo yang punya niatan buat murtad?"

"Iya." Areta berdiri dan menghadap pada adiknya. "Gue pengen pindah ke Katholik."

"Don't be stupid just because of love, Kak!" Azril pun jadi ikutan geram. "Pantas Ayah bisa semarah itu. Ternyata pikiran lo pendek juga, ya? Nggak cuma Ayah, gue pun nggak terima! Bisa-bisanya punya pikiran bodoh banget kayak gitu cuma biar bisa sama-sama bareng si Tara brengsek—"

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang