—Happy reading—
please vote if you know how to respect author's work!
••••
Zahra marah, Daffa tahu itu. Sudah terhitung tiga hari sejak kejadian dimana Daffa terciduk ngomongin Areta melalui sambungan telepon, dan selama tiga hari ini Zahra tak mau diajak ketemuan. Di chat balasnya singkat dan ala kadarnya, ditemui di kost katanya lagi nggak di kost. Daffa bingung, tapi ini juga salahnya. Mau dia belum secinta itu pada Zahra, tapi posisi Zahra disini adalah kekasihnya. Jadi kepergok ngomongin cewek lain di depan ceweknya sendiri pun bukan tindakan yang benar.
Sudah berkali-kali Daffa ingin meluruskan masalah, tapi berujung pada kegagalan. Daffa baru tahu kalau Zahra sudah marah dan kecewa bisa menjadi separah ini, tidak mau ditemui. Apa memang pada dasarnya cewek kalau marah seperti ini?
Setidaknya, hari ini dia ada kabar baik. Dirinya diterima bekerja sebagai asisten barista di kafe yang sebelumnya dia apply. Dan dia bisa mulai bekerja sore nanti. Jam kerjanya mulai dari jam empat sore sampai jam sepuluh malam. Karena Daffa yang seorang mahasiswa, jadi pihak kafe juga memberikan jadwal yang sesuai.
Sekarang ini, Daffa sedang mengemasi binder catatannya untuk dimasukkan ke dalam tas. Hari ini dia hanya ada satu mata kuliah yang mana dimulai tadi jam satu siang selesai jam setengah tiga. Karena jam empat dirinya sudah harus ada di kafe, jadi dia langsung mau pulang ke kost buat mandi, terus siap-siap berangkat. Namun sebelum itu, dia masih ingin mencoba menemui Zahra lagi.
"Mau langsung balik?" Chandra bertanya seraya berjalan berdampingan dengan Daffa keluar kelas menuju parkiran.
"Iya. Kayaknya juga mau ke kostan Zahra lagi."
"Masih marah dia?"
"Cewek kalo ngambek susah, nyet!" Daffa berdecak. "Lo sendiri gimana? Ada perkembangan sama gebetan sasjep?"
"Urung. Pada bae, angel." Balasnya sambil terkekeh.
(Belum. Sama aja, susah).
Tuh, kan. Apa memang cewek saja yang susah diajak kerjasama kali, ya? Sukanya membelit-mbelitkan masalah. Selepas mengenakan helm, Daffa lebih dulu meninggalkan Chandra yang masih sibuk membuka jok motor. Sampai di kost, Daffa langsung mandi, selesai mandi pun langsung bergegas lagi menuju kostan milik Zahra. Benar-benar mengejar waktu agar dirinya tak akan telat di hari pertamanya bekerja.
Sampai di depan gerbang kost sang kekasih, Daffa masih menyempatkan buat menelpon lagi. Tapi sayang, panggilannya tidak diangkat. Hingga tiba-tiba dewi fortuna seperti berpihak padanya karena orang yang ia cari keluar dari kamar dan terlihat menuruni tangga — sepertinya mau membuang sampah. Sudah Daffa duga, pasti Zahra sengaja menghindar. Bahkan setelah baru saja Zahra melihat dirinya, gadis itu sempat berhenti sejenak meski pada akhirnya tetap melanjutkan langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In You
Romance[𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂] [𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝑽𝑶𝑻𝑬] --- "𝑰'𝒎 𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒊𝒏 𝒚𝒐𝒖, 𝑲𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒓𝒂. 𝑯𝒐𝒘 𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒃𝒆 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒋𝒆𝒓𝒌 𝒕𝒐 𝒎𝒆?" "𝑰'𝒎 𝒔𝒐 𝒔�...