(23) Lamaran

135 23 3
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Jeno adalah sosok Om dari pihak Ibu yang kata Feira, Areta sangat sayangi sejak kecil. Dulu waktu dirinya masih kecil, Jeno selalu memanjakannya. Yang sering membelikan es krim, mengajak jalan-jalan kalau sedang berada di rumah kakek dan nenek — orang tua Feira — , menceritakannya cerita dongeng di kamarnya yang penuh bintang di malam hari, sampai ketika waktu Ayah dan Bundanya lagi ada sedikit masalah, Jeno selalu menggantikan untuk menjaganya.

Areta juga ingat, waktu dirinya masih duduk di kelas 6 SD. Saat itu ada pentas perpisahan setelah kelulusan, dan Areta menjadi salah satu pengisi acara perpisahan itu. Areta kebagian untuk menyanyi karena memang sejak kecil suaranya sudah patut diapresiasi. Dia pengen kedua orang tuanya datang untuk melihatnya tampil di atas panggung, tapi kebetulan saat itu Ayah sedang ada rapat di kampus jadi tidak bisa izin, lalu Bunda juga menjaga Azril di rumah yang kebetulan juga sedang sakit.

Areta sudah sedih, melihat bagaimana cerianya teman-temannya yang lain pamer kepada orang tua mereka sedangkan orang tuanya tidak ada yang bisa datang. Wajahnya tertekuk, sudah pasrah kalau dirinya akan sendirian disini tak ada keluarga yang mendampingi dan melihat penampilannya. Tapi, tepat lima belas menit sebelum dirinya naik ke atas panggung, saat dirinya sedang berdiri di samping panggung dekat dengan tangga, punggungnya di tepuk. Areta menoleh masih dengan wajah murung, namun hanya sesaat karena setelahnya diganti oleh senyum cerah dan tawa girang saat melihat Jeno datang dengan kamera di tangannya.

"Masa yang mau nyanyi murung. Kenapa?" Tanya Jeno saat itu.

"Ayah sama Bunda nggak bisa dateng, Om. Aku sebel."

"Nggak boleh gitu. Ayah sama Bunda nggak bisa dateng kan bukan karena sengaja. Ayah kerja ada rapat, Bunda juga jagain adek di rumah lagi sakit." Jeno berujar. "Sekarang tampilnya ditonton sama Om Jeno dulu, Om rekam nanti biar bisa di lihat sama Ayah Bunda. Yang bagus nyanyinya, jangan murung. Oke?"

Areta mengangguk semangat. "Makasih ya, Om, udah mau nonton aku. Sayang Om Jeno!"

Jadilah, Jeno menggantikan tugas Jaehyun dan Feira menonton penampilan Areta di pentas perpisahan itu.

Namun, selain sifat baiknya Jeno juga kadang suka jahil dengan Areta seiring bertambahnya usia. Yang mengerjainya dengan cara menyembunyikan boneka kucing kesukaannya sampai dia menangis, karena boneka kucing itu boneka kesayangannya yang dibelikan sang Ayah. Lalu, mengusak kepalanya sampai rambutnya berantakan padahal baru saja selesai ditata oleh Bunda atau neneknya, menggodanya saat dirinya mendapat peringkat dua dengan bilang Ayahnya akan marah besar, mencubitinya saat dirinya sedang bermain PS bareng Azril dan Devan, juga hal lainnya yang memang merupakan keisengan seorang Jeno. Areta masih ingat semuanya.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang