(37) The Worst Secret

73 14 8
                                    

Happy reading

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


please vote if you know how to respect author's work!

••••

Agenda Areta hari ini adalah datang ke kampus bukan untuk berkuliah, melainkan untuk menghadiri acara wisuda sang kekasih. Iya, Tara akhirnya diwisuda tepat di hari ini setelah menunggu sekitar satu bulanan sejak selesainya sidang skripsi. Dan beruntung, hari ini kelas Areta kosong sehingga dia bisa datang ke kampus untuk menyelamati kelulusan Tara tanpa takut telat karena jadwal kuliah.

Mungkin sekarang acara wisuda sudah di mulai, tapi dirinya belum berangkat dari rumah. Tak masalah, soalnya Tara sendiri yang bilang kalau acara selesai bisa sampai siang hari. Areta baru saja selesai mandi dan sedang duduk di depan kursi riasnya untuk bersolek. Meskipun bukan hari kelulusannya, tapi dia ingin tampil cantik, atau paling tidak agak beda dari biasanya, saat nanti ia bertemu dengan Tara. Bukan dandanan menor kayak kalau dia yang wisuda, ya intinya dia harus merias diri.

Selesai dengan urusan wajah, sembari bersenandung kecil kaki mungil Areta bergerak menuju lemari yang ada di kamarnya. Mencari dress yang kiranya pantas untuk dipakainya di acara wisuda. Pilihannya jatuh pada dress lima senti dibawah lutut, berlengan panjang dan tanpa kerah — yang di bagian lehernya terpasang satu benik dan pita panjang, dengan bahan klimis berkerut juga motif bunga-bunga. Warnanya natural, dominan putih dengan motif bunga yang berwarna biru. Di bagian pinggangnya ada sabuk kecil yang fungsinya sebagai aksesoris dress.

Dress itu tampak cantik pada tubuhnya, apalagi rambutnya yang memang sengaja ia urai dan hanya ia ambil sedikit di bagian kanan dan kiri, lalu ia gulung dan ia temukan di satu titik di belakang kepala, dan terkahir ia ikat menggunakan karet jepang yang ukurannya kecil-kecil itu dengan warna senada dengan rambutnya. Sekarang, tugasnya hanya mencari jepit sebagai hiasan untuk menutupi karet itu. Tangannya sibuk membuka laci mini pada rak make up nya, sembari mulut masih sibuk bersenandung.

"Oh, ini kan..."

Areta berhenti bersenandung, tangannya mengambil satu jepit rambut dengan hiasan mutiara putih diastasnya. Senyumnya terbit, namun hatinya tiba-tiba jadi gelisah. Jepit yang ia pegang ini adalah jepit rambut pemberian Daffa saat dirinya masih menjalankan tugas kampus di Purwokerto dulu. Jepit yang ia terima saat cowok itu membawanya ke sebuah lereng bernama Bukit Cinta di salah satu desa yang ada di sana, saat dirinya masih galau perkara masalah rumah tangga kedua orang tuanya.

Kalau mengingat itu, Areta merasa nostalgia. Bagaimana randomnya seorang Daffa, yang tiba-tiba memberikan jepit rambut sebagai kenang-kenangan karena mereka harus berpisah. Lalu sebagai imbalan, Daffa malah meminta uname Instagramnya yang dengan polosnya langsung ia kasih begitu saja. Lucu, pikirnya. Dan sekarang, kabar terbaru dari cowok itu beneran membuat Areta merasa kasihan. Kalau saja mereka ada di kota yang sama, mungkin sudah sejak kemarin-kemarin dia menjenguk ke rumah sakit. Atau kalau sudah pulang dari rumah sakit, ia datangi ke kostnya. Sayangnya, Areta tak bisa melakukan itu.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang