(64) Does Destiny Colliding Us?

72 12 11
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Karena pingsan tiba-tiba, Jaehyun inisiatif ingin Tara dibawa pulang ke rumahnya terlebih dahulu. Namun begitu Areta memberitahu kabar ini kepada kedua orang tuanya Tara, mereka ingin Tara kembali dibawa ke rumah sakit saja. Maka itu yang Jaehyun lakukan, memutar arah mobil dan bertolak ke rumah sakit.

Lagi, kekasihnya itu harus dalam pengawasan dokter. Areta bertanya-tanya, ada apa dengan sang kekasih? Kenapa setelah mengalami kecelakaan itu Tara jadi sering sakit-sakitan. Terlepas dari dirinya yang sudah sadar dari koma, kenapa sepertinya kondisi Tara seperti tidak pulih sepenuhnya?

Areta takut, dia terus saja menangis dengan dirangkul pundaknya oleh sang Ayah. Sementara Tara masih di dalam ruang pemeriksaan bersama dokter. Disana, semuanya ada. Termasuk kedua orang tuanya Tara sudah datang, dan juga Daffa tak memilih ikut guna memastikan keadaan.

"Kak Tara..."

"It's okay, sweetheart."

Setelah menunggu beberapa saat, dokter yang sebelumnya juga menangani Tara saat cowok itu koma pun keluar. Memperhatikan satu persatu orang yang ada disana lalu berkata.

"Untuk sekarang kondisi pasien sudah stabil, tapi saya perlu bicara lebih lanjut dengan keluarga pasien. Mungkin bisa satu atau dua orang ikut saya ke ruangan. Akan saya jelaskan secara rinci kondisi tubuh pasien."

Tentunya, yang ikut dengan dokter adalah ibu dan ayahnya Tara. Semua menunggu di tempat itu dengan perasaan yang gelisah. Azril, cowok itu mencoba menenangkan Bara. Lalu Areta, yang tiba-tiba berdiri dan berjalan menjauh karena perlu menenangkan dirinya sendiri. Jaehyun sudah ingin mengikuti, tapi Daffa sigap bilang, "Biar saya aja, Pak. Yang nemenin Areta. Boleh, kan?"

Jaehyun akhirnya mengangguk. "Tolong jaga anak saya, ya, Adrian."

"Iya, Pak."

Tapi sama, baru satu langkah Daffa ingin mengikuti gadis itu, Areta sudah buka suara dengan nada santai dan pelan yang malah seperti tak bisa dibantah, juga pandangannya yang tidak sedikitpun menoleh ke belakang.

"Aku pengen sendiri." Katanya.

Daffa gagal melangkah maju. Memilih menurut dan membiarkan gadis itu menenangkan dirinya sendiri. Ia tatap Ayah dari Areta, tapi kali ini lelaki itupun pasrah dan hanya menganggukkan kepalanya.

Jadinya, Daffa tetap di tempat bersama yang lainnya — kecuali Areta — menunggu kabar kondisi Tara dari kedua orang tuanya. Hening, dan Daffa melihat bagaimana Azril yang terus menenangkan Bara — adik dari Tara — meski dari segi umur Bara lebih tua dibandingkan Azril. Tapi, siapa saja boleh menenangkan orang lain yang butuh ketenangan, kan, tanpa melihat dari aspek usia.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang