(61) You And I, Will Be Us?

73 12 6
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Apa setelah marah sampai membentak Areta, Daffa merasa baik-baik saja? Jelas jawabannya tidak. Dia menyesal, dan merasa sedikit bersalah. Gadis itu tidak tahu apa-apa tapi langsung dihadiahi sikap kurang ajar dan perkataan yang kasar.

Daffa tahu akan pribadinya sendiri, kalau sudah emosi pasti perkataan yang keluar akan tidak jauh-jauh dari hal yang kasar. Tidak pandang bulu siapa orangnya. Makanya, daripada semakin membuat Areta bingung dan sakit hati akan perkataan yang mungkin akan semakin pedas, Daffa memilih undur diri secepatnya saat itu.

Yang jujur, dari situlah perasaan bersalah mulai membuncah dalam benaknya. Daffa marah, jelas. Tapi lebih marah ke diri sendiri. Dia sadar bahwa Areta memang bukan miliknya. Namun kendati demikian, siapa sih yang tidak akan marah saat melihat orang yang disayang berciuman bibir dengan lelaki lain walau itu bersama kekasihnya sendiri. Terlebih lagi dalam hukum agama itu jelas-jelas dilarang.

Sedikit menyayangkan, tapi untuk memberitahu yang sebenarnya pada gadis itu juga Daffa tak sanggup.

Mencoba menenangkan diri dari segala amarah yang bercokol di hati, Daffa saat itu tak langsung pulang ke kost-an. Dari rumah sakit, Daffa memilih untuk jalan-jalan memutari kota Semarang ditemani motor maticnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Berharap, kalau amarah dan emosi yang ada dalam dirinya sedikit berkurang dengan melampiaskan kemarahannya seperti itu.

Namun nyatanya itu tidak berefek banyak.

Suasana hatinya masih tetap sama bahkan setelah dia masuk ke dalam kamar kostnya. Sampai-sampai membuat Iqbal — yang merupakan teman sebelah kamar kostnya — merasa heran akan sikap Daffa yang sedikit aneh ditambah wajah datar tanpa ekspresi. Chandra tidak ada di kost, lagi jalan keluar sama Kiya.

Maunya Daffa sih tidak perduli ya, toh siapa dia, gitu pikirnya. Lagian kalau keduanya melakukannya dengan tabiat sama-sama mau, ya itu cukup wajar karena Tara dan Areta adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan tiga tahun lamanya.

Tapi sayangnya, sampai dia bekerja di sore harinya, pikirannya masih tidak lepas dari kejadian itu. Juga Areta, gadis itu pasti sudah di dalam kereta karena akan kembali ke Jakarta. Kondisinya hujan deras, beruntunglah karena pasti gadis itu akan diantar oleh Ayahnya naik mobil. Tidak akan basah tertimpa air hujan seperti kalau ke stasiunnya diantar olehnya. Yang menjadi masalah adalah rasa bersalahnya dan bagaimana agar hubungan mereka kembali baik-baik saja.

Dan, kayaknya keberuntungan tengah berpihak padanya, karena sehari setelahnya di waktu menuju siang, ada chat masuk dari Areta. Tapi sayangnya saat itu keadaan Daffa sedikit hectic, ada bimbingan dadakan yang diminta oleh dosen pembimbingnya — seharusnya bimbingan itu dilakukan sore hari setelah pulang kuliah, tapi karena dosen ada keperluan mendadak dan urgent, Daffa diminta waktunya untuk melakukan bimbingan lebih awal.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang