(59) Kemarahan Daffa

90 15 3
                                    

Happy reading —

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

⚠︎ warning; cium ⚠︎

••••

Ini adalah hari ketiga sejak bangunnya Tara dari koma. Sebenarnya cowok itu tidak menyangka, kalau perbuatannya yang niatnya ingin melindungi orang yang ia sayang malah berujung petaka bagi dirinya sendiri. Tapi Tara tidak menyesal atau membenci Areta karena secara tidak langsung telah membuatnya koma. Malahan dia bersyukur kalau Areta selamat dan baik-baik saja.

Keselamatan Areta adalah yang utama. Itu poinnya.

Kemarin begitu dia bangun, dia disambut oleh beberapa orang yang berdiri di hadapannya. Masih dengan kondisi linglung dan bingung, Tara mencoba mengerjap-ngerjap karena menyesuaikan penglihatan yang terasa silau menusuk indera penglihatannya. Masih belum sadar apa yang terjadi, tapi melihat dari ekspresi wajah kedua orang tuanya — juga adiknya, Bara — mungkin hal buruk sempat menimpanya dan kini dia telah mendapatkan keajaiban.

Wajah ibunya terlihat sangat sarat akan syukur, juga kelegaan yang besar. Tak jauh berbeda dengan ayahnya. Bahkan Bara — yang hampir tak pernah ia lihat selama ia hidup di dunia — juga berkaca-kaca sambil menggumamkan 'Puji Tuhan' dan 'terimakasih'.

Dokter juga sigap memeriksa keadaannya, lalu saat mendengar penjelasan dokter saat itu baru Tara sadar, 'ah, jadi gue baru aja bangun dari koma.' Yang jujur membuat Tara sedikit-banyak kaget. Tak pernah menduga kalau mungkin apa yang ia lakukan untuk menjaga Areta sebelumnya membuatnya tidur dalam jangka waktu yang lama.

Ah, iya, Tara jadi penasaran dengan keadaan sang kekasih. Ingatannya berputar pada kejadian itu. Tara sempat melihat sebelum akhirnya dia tertabrak oleh mobil yang melaju kencang, kalau Areta juga sempat menghantam bagian belakang motor dan terjatuh karena ia tarik badannya dengan tenaga sedikit kuat. Yang dalam benaknya semoga gadisnya itu baik-baik saja. Dan Tara baru benar-benar bisa memastikan beberapa jam kemudian setelah ia bertanya pada ibunya.

"Areta gimana, Mah?"

"Dia baik-baik aja, nggak usah khawatir."

Lega, pakai banget. Setidaknya, orang yang dia sayang baik-baik saja.

Tapi sayangnya, kelegaan itu berubah menjadi rasa bersalah dan sedikit tak habis pikir. Beberapa jam setelah dia bangun ibunya mulai mengajak dia mengobrol, dan karena Tara sering menanyakan soal Areta, ibunya jadi ikut tergerak membicarakan tentang Areta.

Saat itu ibunya bilang,

"Mamah bersyukur banget kamu bisa kuat dan kembali lagi ke mamah. Satu setengah bulan itu bukan waktu yang singkat untuk ditinggal kamu tidur terus-menerus."

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang