(54) Please, Stay With Me!

105 11 17
                                    

Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Areta tengah membantu Bundanya mengepel lantai saat tiba-tiba ada telepon masuk dari teman sekelasnya, Ailyn. Azril yang posisinya dekat dengan letak hp milik kakaknya, langsung inisiatif membawakan benda itu pada Areta yang masih sibuk menaruh alat pel di teras depan.

"Thanks."

Kata Areta walau tak dijawab oleh sang adik.

"Oy, Lyn, kenapa? Belum sih, gue. Demi apa?! Jangan nyebar hoax please gue masih stuck di bab dua belum beres. Nggak ada, dospem gue nggak ada kabar apa-apa. Bu Clarisa Rinjani. Emang anjir ya, prodi tuh kenapa sih kayak kejar target banget? Nggak ada hubungannya kali pengumpulan proposal sama bolosnya gue ke Semarang. Anjir lah gue belum mulai lagi soalnya akhir-akhir ini mood gue hancur. Kalaupun misal buat bahan akreditasi prodi kan bisa ambil skripsi dari kakak tingkat. Yaudah, thanks infonya ya. Iya, dua bulan gue kejar sampe bab tiga langsung ambil sempro yang penting kita bareng. Oke. Yukk."

Huft. Kampusnya tempat menimba ilmu memang suka ngadi-ngadi. Masa iya adanya perubahan agenda pada tanggal akademik tidak ada informasi yang diberikan. Mungkin ada, tapi biasanya bakal telat. Paling tidak kan seharusnya mengeluarkan surat edaran yang berisi informasi terlebih dahulu. Tapi ini, bahkan pihak prodi pun belum memberi kabar apa-apa. Terus Ailyn juga tahu dari Diandra, teman beda prodi mereka.

Padahal ya proposal Areta masih stuck di bab dua. Itupun masih sub-bab pertama tentang previous studies. Belum masuk ke review of literature atau bahkan instrumen. Sekarang, dalam kurun waktu dua bulan sudah harus selesai sampai bab tiga agar dia bisa mengajukan seminar proposal. Pusing, deh.

"Kenapa ya kampus tuh suka banget ngasih info dadakan. Dikira nyusun proposal skripsi tuh gampang apa." Areta berdecak, lalu melanjutkan acara mengepel lantai yang tertunda setelah mengantongi hp nya di saku celana.

"Telepon dari siapa, Kak? Kok jadi badmood gitu terusan?"

Tiba-tiba, datanglah sang Bunda dari dalam rumah.

"Ailyn, Bun. Ngasih tau kalau waktu seminar proposal buat skripsi maju sebulan. Perubahan agenda di kalender akademik kan ngawur banget itu, Bun. Mana nggak ada info atau surat edaran juga. Emang kampus tuh suka bikin emosi." Sungut Areta.

"Bener, sih. Harusnya ada surat edaran berisi informasi itu. Emang proposal mu masih sampai bab berapa?"

Feira bertanya sembari berjalan menuju halaman teras karena ingin mengangkat jemuran sepatu.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang