please vote if you know how to respect author's work!
••••
Sebelum Chandra balik dari kegiatan kampus dan kembali ke kost, Daffa masih bisa santai di kamar menggarap proposal ditemani oleh secangkir kopi juga lagu random yang terputar di YouTube. Di luar sudah gelap, karena memang sudah melebihi waktu isya. Begitu balik, tahu-tahu Chandra langsung nyelonong masuk ke kamar Daffa tanpa ketuk dulu membuat si empu kamar terperanjat kaget bahkan sampai bilang, "Allahuakbar, setan!"
Daffa melotot tajam sambil mengelus dadanya sendiri. Sedangkan Chandra malah cuek sambil mendekat duduk di hadapan Daffa dengan wajah super serius. Membuat Daffa jadi agak mendingan gugup.
"Ngapa sih?!"
"Kowen pacaran padha Zahra?!" Chandra berkata dengan nada tak percaya.
Daffa menghembuskan napas pasrah. Sedikit berpikir, kok bisa Chandra bisa tahu tentang hal yang sebetulnya tak ingin ia ungkapkan pada siapapun. Kepalang basah, akhirnya Daffa mengangguk. "Inyong si terpaksa, Chan."
"Jarene seneng maring Areta. Kepriben kiye uwong."
"Terpaksa!!" Daffa menendang kaki Chandra dengan kakinya sendiri. "Toline kaning ngapa dadi rika sing geger. Wong nyong sing pacaran juga."
"Serius pacaran?" Kayaknya Chandra masih tak bisa percaya.
"He.em."
"Serius kiye. Temenan?"
"Dadi pengin jahit kuwi lambe." Daffa bersungut.
Chandra diam, sibuk menelisik raut wajah temannya yang tampak sangat tertekan. Sementara itu, Daffa kembali mengabaikan kehadiran Chandra dan fokus pada proposal skripsinya lagi. Entah siapa yang memberitahu Chandra, atau orang itu tahu dengan sendirinya, yang jelas faktanya memang benar kalau dia dan Zahra telah resmi menjadi sepasang kekasih. Masih anget. Jadiannya masih satu hari yang lalu pula.
Terpaksa. Memang kenyataannya begitu. Daffa terpaksa menjadikan Zahra kekasihnya hanya untuk menghindari pertunangan mereka yang sudah direncanakan oleh kedua belah pihak baik itu keluarganya sendiri maupun keluarga cewek itu. Daffa tak menyukai Zahra, jadi Daffa sebisa mungkin menolak. Hanya karena tak ingin membuat orang tuanya kepikiran, dirinya malah mengkambinghitamkan Zahra disini. Pengecut? Mungkin iya. Tapi tidak sepenuhnya. Daffa pikir, tindakannya cukup logic. Dia sudah berkali-kali — meski tidak secara langsung menampakkannya — mengkode kepada orang tuanya kalau dia tidak mau dijodoh-jodohkan seperti itu. Tapi tetap saja orang tua selalu bersikap sok paling benar. Tidak, Daffa tidak sedang menyalahkan orang tuanya sekarang. Hanya menyayangkan saja akan sikap orang tuanya yang mencoba tutup mata dan telinga.
Tunangan? Lalu apa? Menikah? Daffa bahkan tak bisa membayangkan itu. Menikah dengan Zahra bukannya dia tidak mau. Tapi dia tidak bisa. Karena apa? Hatinya bukan untuk wanita itu. Hatinya sudah terisi oleh wanita lain. Konyol sekali memang Daffa ini, sampai segitunya menyukai Areta padahal yang disukai juga sudah ada calonnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In You
Romance[𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂] [𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝑽𝑶𝑻𝑬] --- "𝑰'𝒎 𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒊𝒏 𝒚𝒐𝒖, 𝑲𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒓𝒂. 𝑯𝒐𝒘 𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒃𝒆 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒋𝒆𝒓𝒌 𝒕𝒐 𝒎𝒆?" "𝑰'𝒎 𝒔𝒐 𝒔�...