(31) Minta Restu

92 19 2
                                    

Happy reading

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Dugaan Tara tepat seratus persen. Begitu pacarnya pulang dan dia telah kembali ke rumah, di ruang tengah sudah dihadang oleh keluarganya. Sebetulnya Tara ingin menghindar dan langsung masuk ke kamar, tapi ia urungkan karena dia sadar, kalau sekarang ini posisinya sudah seperti maling tertangkap basah. Jadinya, Tara berjalan ke tempat dimana seluruh keluarganya duduk menonton televisi dan ikut bergabung.

"Mamah baru tau, kalau anak Mamah ini pandai berbohong."

Tara diam saja, meski dirinya langsung dipojokkan begitu duduk di samping Bara.

"Bisa dijelaskan, Ta?"

"Tanpa aku jelasin pun kalian udah pasti tahu kan kenyataannya sekarang?" Nada bicara Tara benar-benar pasrah.

"Areta tahu nggak?" Tara diam, tak menjawab pertanyaan ibunya. "Areta tahu nggak, Ta? Kalau kamu Katholik?"

"Belum."

"Ya Tuhan—" Ibu dari Tara pun langsung menghela napas panjang, tangannya menekan dadanya sendiri tanda ia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran anaknya. "—Kok tega banget ya kamu?!"

"Mah aku—"

"Nggak usah dilanjut."

"MAH—" Tara menatap wajah sang ibu dengan sorot mata tak percaya. "—Aku sayang Areta. Aku nggak bisa."

"Dia muslim."

"Aku tahu dia emang muslim. Tempat ibadah kita beda. Ajaran agama kita juga beda. Bahkan sebelum aku jadiin dia pacar pun aku udah tahu kalau dia islam. Aku tahu, Mah."

"Kalau begitu kamu bodoh!" Ujar sang ibu dengan nada menohok. "Udah tahu beda masih dilanjutin. Malah dijadiin pacar pula. Otak kamu dimana, sih?!"

"Aku cinta dia, Mah. Tolong..."

"Mamah bilang Bara udah tahu sejak lama, kok diam aja nggak bilang-bilang ke kita?" Giliran sang kepala keluarga yang berbicara.

"Itu hubungannya Bang Tara sama pacarnya. Itu masalah dia. Aku nggak mau ikut campur." Jawab Bara santai.

Suasana ruang tengah rumah itu terasa hening. Semuanya berada dalam pikirannya masing-masing. Tara tetap stay, dan semuanya pun begitu.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang