—Happy reading—
please vote if you know how to respect author's work!
••••
Biasanya kalau lagi ke Semarang seperti ini, kalau lagi tidak berada di rumah sakit, Areta akan sibuk menyusun proposal skripsi di dalam kamar. Tapi kali ini gadis cantik itu ingin rehat sebentar, toh baru hari ini dirinya acc bab dua. Malam ini, Areta memilih menghabiskan waktu bersama keluarganya di ruang tengah sambil menonton televisi.
Terkait surat yang Daffa taruh di dalam tasnya secara diam-diam, Areta jadi merasa lebih baik setelah membacanya. Benar, setelah kesulitan pasti ada kemudahan. Bahkan dalam agamanya juga terdapat hadist itu. Areta seharusnya percaya. Walau jujur, dirinya juga bertanya-tanya. Tara masih bukan seorang muslim. Apa hal itu juga berlaku untuk Tara?
Sudah lama sekali rasanya, satu setengah bulan. Tapi keadaan Tara tak menunjukkan perkembangan apapun. Ketakutan terbesar Areta hanya satu, Tara pergi meninggalkannya lebih dulu.
"Kak, jangan melamun terus, tho." Ujar sang Bunda.
Areta menoleh ke samping kanan, lalu tersenyum tipis pada Bundanya dan setelahnya memeluk lembut tubuh berisi sang Bunda.
"Adek kok anteng sih, Bun." Katanya sambil mengelus perut gendut Bundanya.
"Kekenyangan mungkin. Terus bobo."
"Dulu aku juga gitu nggak? Kekenyangan terus bobo?"
"Dulu kamu usil banget tiap malam. Kalau udah masuk jam sembilan-an gitu, muter terus. Bunda mau tidur aja susah."
Areta meringis lucu. "Aku nakal berarti, ya?"
"Balas dendam sama Bunda kali, ya. Kan pas hamil kamu, Bunda ajak kamu stres setiap hari nyusun skripsi."
"Bisa jadi itu."
Lantas keduanya terkekeh kecil. Feira usap wajah anak pertamanya, yang tanpa disadarinya telah tumbuh sebesar ini. Anak kecil yang dulunya sedikit ndableg, keras kepala, ngambekan, manja, sudah tumbuh menjadi gadis cantik yang pintar. Sudah memiliki kekasih bahkan pacaran selama tiga tahun. Yang kurang beruntungnya, hubungan percintaannya sedikit bermasalah.
"Kayaknya cuma Bunda yang tahu perasaan aku tanpa aku ngomong lebih dulu." Cicit Areta, meletakkan kepalanya di sandaran sofa dan menatap Bundanya.
"Because I'm your mom." Ucap Feira penuh kasih sayang.
"Dulu waktu Ayah koma... Bunda gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In You
Storie d'amore[𝒇𝒐𝒍𝒍𝒐𝒘 𝒔𝒆𝒃𝒆𝒍𝒖𝒎 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂] [𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒑𝒆𝒏𝒖𝒍𝒊𝒔 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝑽𝑶𝑻𝑬] --- "𝑰'𝒎 𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒊𝒏 𝒚𝒐𝒖, 𝑲𝒂𝒌 𝑻𝒂𝒓𝒂. 𝑯𝒐𝒘 𝒄𝒐𝒎𝒆 𝒚𝒐𝒖 𝒄𝒂𝒏 𝒃𝒆 𝒕𝒉𝒊𝒔 𝒋𝒆𝒓𝒌 𝒕𝒐 𝒎𝒆?" "𝑰'𝒎 𝒔𝒐 𝒔�...