(6) Akhir Buruk?

149 26 2
                                    

Happy reading

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


please vote if you know how to respect author's work!

••••

There's no one who can understand my feeling. All people is getting more annoying and selfish when they grow older — Areta Z.A.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Ret. Lo beneran nggak sakit atau apa? Muka lo lebih pucat daripada waktu di kereta kemarin."

Entah sudah keberapa kalinya Diandra dan Ailyn bolak-balik bertanya dengan pertanyaan yang sama kepada Areta. Pasalnya, dari pagi sebelum mereka berangkat ke kantor dinas hingga siang ini mereka selalu bertanya hal yang sama padahal orang yang ditanya merasa bahwa dirinya baik-baik saja. Mungkin tubuhnya saja yang terasa sedikit lemas seperti tidak ada tenaga, selebihnya masih oke dan tidak ada yang salah menurut gadis itu.

"Gue kamar mandi bentar, ya?" Ucap Areta.

"Kenapa? Mau muntah? Mau gue anter?" Balas Ailyn.

"Nggak perlu. Gue mau pipis sama pake ulang lipstik. Biar kalian nggak bilang gue pucat mulu."

Diandra mengangguk. "Lima belas menit lagi kita bakal TM lagi. Terus bakal pergi ke Soetedjo buat lihat gedungnya."

Areta balas mengangguk lalu pergi mencari toilet. Berjalan lebih masuk ke dalam kantor dinas yang kalau dari sisi depan ukurannya terlihat seperti rumah, namun begitu masuk ke dalamnya sebenarnya luas. Begitu menemukan toilet, Areta langsung masuk dan menuntaskan kegiatannya. Buang air kecil seperti yang tadi dibilangnya, lalu berdiri menghadap ke arah kaca dan menatap pantulan wajahnya yang memang, tampak menyedihkan — meski tidak begitu parah — tapi bisa membuat orang lain yang melihatnya iba.

Setelah Areta rasa cukup melihat pantulan dirinya sendiri, dia lantas membuka totebag warna hijau lumutnya, yang sebenarnya itu totebag milik Feira yang sudah jarang Feira pakai, untuk mencari lipcream dan mengaplikasikannya di bibir. Kembali ia masukkan lipcream tersebut seraya menghembuskan nafas mantap.

'Oke. Lo bisa, Ret. Itu hidup mereka, biarkan saja mereka melakukan apa yang mereka inginkan. Lo hanya perlu diam dan memperhatikan.'

Areta berkata pada dirinya sendiri. Mencoba mensugesti diri untuk lebih kuat lagi.

Pagi tadi, begitu gadis itu selesai menuntaskan sholat subuh, dia langsung menghidupkan data seluler. Ternyata Jaehyun mengiriminya pesan singkat. Dalam pesannya, Jaehyun hanya menulis satu kata 'maaf' yang justru membuat Areta berpikiran kemana-mana. Pikirannya menuntun pada kejadian yang akan terjadi menimpa kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya. Padahal, malam sebelumnya sebelum pagi menyapa, Areta sedikit bisa bernafas lega mengingat kesalahpahaman antara Jaehyun dan Feira menemukan titik terang. Mengetahui pikiran dari masing-masing. Tapi, pagi hari ini malah Jaehyun mengiriminya pesan yang menurut gadis itu memiliki maksud yang buruk.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang