(46) Hampir Saja

94 14 9
                                    

Happy reading

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Minggu kali ini terasa membosankan bagi Daffa. Biasanya masih ada Zahra yang menemaninya menghabiskan waktu saat mereka masih belum putus dulu, atau Chandra yang sibuk mengusili dirinya di kamar kost nya. Tapi sekarang, Zahra sudah memutuskannya. Lalu Chandra, sudah mulai sibuk dengan gebetan barunya si anak Sastra Jepang. Pemecah rekor sih adik tingkatnya yang itu, soalnya bisa bikin Chandra segila itu  berhenti jadi buaya.

Saking malasnya ngapa-ngapain, Daffa bahkan sampai belum mandi padahal sekarang sudah siang. Tepatnya jam sebelas siang. Mau coba lanjut menyusun proposal skripsi, mager mikir. Mau mandiin motor, tambah mager bolak-balik menenteng ember berisi air dan gayung. Jadi, dari tadi dia hanya goleran di kasur mininya sambil mainan game online. Ya sebenarnya Daffa bukan tipikal orang yang suka main game, sih. Bukan seperti Chandra yang setiap hari bertarung secara virtual hanya untuk naik level demi mendapatkan senjata yang diinginkan. Tapi karena ingin membuang rasa jenuh, makanya ia mainkan.

"Kalah lagi, anjrit!"

Daffa lelah, setelah mematikan game online nya ia buang hp nya di atas bantal.

"Kudu ngapa kiye inyong."

(Gue harus ngapain coba).

"Mending langsung tanggal satu—nah, iki kiye. Apa mbok'an inyong chat si Areta?"

(Nah, ini nih. Apa mending gue chat si Areta?).

Daffa mulai meraba-raba bagian atas bantalnya guna mencari hp nya lagi. Saat sudah berada di genggaman, Daffa langsung mencari kontak nama Areta untuk mengiriminya pesan. Biarkan disebut tak tahu malu, memang kenyataannya kan dia suka curi-curi kesempatan biar bisa berhubungan sama Areta.

Dan ternyata, pesannya langsung dibalas. Padahal mah awalnya hanya basa-basi. Dan, entah kenapa dia malah disuruh berganti menelpon. Daffa jelas senang-senang saja. Tanpa ragu langsung menekan tombol dial dan menelpon Areta. Tak langsung dijawab, butuh beberapa detik dulu baru diangkat. Dan, dari keisengannya itu malah berakhir bahagia. Daffa yang tadinya ragu ingin mengajak Areta keluar, malah ceweknya sendiri yang minta ditemani jalan-jalan.

Setelah sepakat untuk pergi bareng, Daffa langsung siap-siap. Mandi secepat kilat, memilih baju yang kiranya pantas, sedikit menyisir rambutnya, bahkan hal yang jarang Daffa lakukan — memakai parfum — juga ia lakukan. Saking semangatnya buat jalan sama orang tersayang.

Satu jam kemudian, Daffa sudah tiba di depan rumah gadis itu. Daffa tersenyum saat melihat Areta sudah siap menunggunya di depan teras sambil melihat pada layar hp nya. Entah mengaca atau memang sedang video call-an, Daffa tak tahu. Tadinya Daffa sudah ingin membunyikan klakson, tapi langsung ia urungkan saat melihat Ayah dari gadis itu datang dan mengajak bicara anaknya.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang