(49) Confession, Failed!

83 15 14
                                    

—Happy reading—

please vote if you know how to respect author's work!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

please vote if you know how to respect author's work!

••••

Ya seperti biasa kalau lagi merayakan malam tahun baru, pasti bakal melek sampai pagi, kan? Itu juga yang dilakukan oleh Daffa. Walaupun dia hanya melek di kost bersama beberapa temannya yang masih tinggal — berbeda dengan Chandra yang memilih keluar bareng gebetannya — mereka hanya gelar tikar di halaman depan kostan, gitaran, sambil bakar jagung saja.

Setelah putus dengan Zahra, Daffa merasa Zahra benar-benar berusaha keras untuk tidak muncul di hadapannya. Ya meski beberapa kali kadang masih berpapasan entah di tempat fotokopian, atau warung nasi padang, atau lamongan, dan ketika Daffa mencoba untuk membangun komunikasi, Zahra hanya menimpali sekenanya. Apa seburuk itu hubungan mereka sekarang? Dan apakah sejahat itu dia pada Zahra dulu? Bukan ini yang Daffa inginkan untuk hubungannya dengan Zahra. Kalau tahu akhirnya akan seperti ini, Daffa tidak akan nekat nembak Zahra. Biarkan saja Zahra terus berjuang sendiri merebut hatinya dengan begitu hubungan pertemanan mereka tidak akan berhenti. Kalau begini, Daffa jadi merasa jahat banget.

Tadi pun Daffa sempat menelepon Zahra untuk mengajaknya jalan malam bareng. Ya daripada hanya di kost, kan? Toh mau bagaimanpun mereka seharusnya tetap menjadi teman. Tapi Zahra menolak dengan alasan sudah ada rencana pergi dengan teman satu kostnya juga. Yasudah, Daffa tak ingin memaksa. Jadinya dia juga sekarang hanya merayakan malam tahun baru di depan kost bersama teman-temannya yang malas buat jalan keluar. Padahal Daffa tahu, mereka hanya tidak ada gandengan saja kalau mau keluar. Padahal, keluar tidak harus melulu dengan pasangan.

"Tumben lo nggak ikut ngintilin Chandra keluar." Rizal, bertanya pada Daffa sambil memetik senar gitar.

"Ya masa gue kudu ngintilin orang pacaran. Ogah banget!" Balas Daffa.

"Loh, udah pacaran beneran? Adek tingkat bukan sih, ceweknya?" Rizal bertanya lagi.

"He.eh, anak sasjep."

"Kapan jadiannya?" Temannya yang lain ikut bertanya.

"Mbuh."

"Tapi kenapa lo putus sama Zahra, deh. Baru juga berapa bulan."

Daffa menghela napas panjang. "Karena mungkin gue sama Zahra emang nggak cocok jadi pasangan."

"Ngenes banget percintaan lo."

"Kayak lo nggak aja!" Ledek Daffa sambil mengangkat tangan kanannya yang memegang jagung bakar.

Rain In YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang