Seperti biasa, aku menunggu Ka Giral di depan gerbang sekolah. Sudah lima belas menit aku berdiri di sini dengan perasaan waspada. Sebenarnya aku tidak masalah jika dia telat menjemput karena kuliahnya, tapi rasa takut yang ada dalam diriku masih begitu besar untuk sekedar menunggunya di depan gerbang sekolah.
Aku memerhatikan sekitar dan menyadari lingkungan sekolah sudah mulai sepi, apalagi bel pulang sekolah telah berbunyi dua puluh menit lalu.
Tubuhku bergerak gelisah menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan kedatangan Ka Giral. Detak jantungku terasa sangat cepat, aku mencoba menetralisirnya sebelum napasku juga sulit diatur. Rasa takut itu menyerangku kembali, aku mulai panik saat bayang-bayang tentang kejadian masa lalu menyapa kepalaku.
Kewaspadaanku meningkat saat merasa ada seseorang didekatku. Napasku tercekat ketika mendengar langkah kaki yang semakin intim. Aku menggigit bibir bawah menyalurkan kecemasan.
"Kita ketemu lagi Arunika cantik bersuara lembut," ucap seseorang dari sisi kananku. Suaranya begitu dekat dan tidak asing ditelinga membuat darahku berdesir.
Aku menoleh ragu pada sumber suara, berharap suara itu bukan berasal dari orang yang aku takuti selama ini.
Seketika tubuhku membeku melihat seorang pria tinggi yang matanya menatapku dengan tatapan yang menurutku sangat menjijikan. Aku merasa semakin takut ketika Rega tersenyum dan mengangkat satu alisnya.
Aku melangkah mundur berusaha menjauh darinya. "Kenapa Arunika? Kaget liat gue? Biar gue tebak, pasti lo lagi nunggu Kakak lo jemput kan?" Tanyanya sambil maju mendekat padaku.
"Hm.. keliatannya si tebakan gue bener. ck..ck..ck Kakak lo enggak becus banget ya! Masa adik cantiknya dibiarin nunggu," lanjutnya membuatku membuang muka ketika tangannya menyentuh daguku.
Dia mencekal tanganku ketika aku berbalik badan dan ingin berlari, "Mau kemana si cantik? ayo biar gue anter pulang, tapi sebelumnya, kita lanjutin 'main' yang dulu ketunda," katanya dengan menyeringai. Aku menghempaskan tanganku dari genggamannya dengan sisa tenaga yang aku punya.
Aku tidak bisa berteriak, tiba-tiba saja lidahku kelu hingga sulit mengeluarkan suara. Aku berusaha berlari menuju pos satpam sekolah mencari seseorang yang bisa menolongku dari bajingan sialan itu.
Sial, Pak satpam sedang tidak ada di pos. Aku semakin gelisah saat melihat Rega dengan langkah pelan mendekatiku. Aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak terlihat lemah di depannya, tapi sekujur tubuhku tidak mendukung dan kakiku justru terasa lemas tidak bertenaga untuk kembali berlari.
"Cari siapa si Ar? Udah enggak ada orang, udah enggak ada yang ganggu kita," ucapnya sambil memdorong tubuhku hingga membentur tembok pos satpam sekolah. Napasku kembali tercekat saat dia mengunci tubuhku.
"Atau lo mau kita main di sini, sekarang juga?" Tanyanya menyeringai menatapku.
Plak
Rega melihatku dengan tatapan marah ketika aku berani menamparnya. Detak jantungku bergerak dengan cepat, seluruh tubuhku gemetar dan peluh mulai berucuran dari pelipisku.
"BANGSAT! BERANI YA LO NAMPAR GUE?!" Umpat Rega sambil mencengkram kuat rahangku dan memaksaku menatapnya.
Dengan cepat aku menunduk saat Rega mendekatkan wajahnya padaku. dia mengangkat paksa daguku dengan tenaganya yang jauh lebih besar dariku. Ia memiringkang wajahnya sambil menyeringai dan perlahan menghapus jaraknya denganku.
"ANJING! MAU NGAPAIN LO?!" Teriak seseorang dari arah parkiran sekolah membuat Rega menghentikan aksinya dan kami menoleh pada sumber teriakkan itu. Ka Sagara melompat lalu menendang Rega hingga Rega tersungkur ke tanah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Fiksi Remaja[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA. JANGAN LUPA FOLLOW SUN JUGA]. Arunika Melliflous seorang siswi kelas 11 yang berhasil menjadi juara olimpiade Bahasa Indonesia tingkat Nasional. Wanita bersuara lembut yang mampu memikat lelaki benama Sagara Nabastala...