Chapter 17 | Apartemen Safira

229 22 18
                                    

Seperti permintaan Dokter Fira beberapa hari lalu, kini aku sudah berada di depan pintu apartemen yang diberi tahunya.

Ting nong

Aku memencet bel beberapa kali, dan menunggu seseorang membuka pintu.

Pintu terbuka dan menampakkan Dokter Fira dengan setelan rumahannya.

"Makasih ya Ar udah dateng, ayo masuk," Ajak Dokter Fira.

Aku tersenyum dan melangkah masuk ke dalam apartement milik Dokter Fira.

Saat aku sudah di dalam, pandangan pertamaku disambut dengan seorang pria kecil berkulit putih, memiliki mata belo, rambutnya sedikit emas kecokelatan, sedang bersedekap dan tersenyum menatapku.

Saat aku sudah di dalam, pandangan pertamaku disambut dengan seorang pria kecil berkulit putih, memiliki mata belo, rambutnya sedikit emas kecokelatan, sedang bersedekap dan tersenyum menatapku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dokter Fira menghampiri anak itu dan mengelus lembut kepalanya sambil tersenyum menatapku.

"Ini anak saya, namanya Buntara Sujana. Tahun ini usianya jalan 6 tahun," Ucap Dokter Fira memberitahuku.

Aku menghampiri anak kecil itu dan berjongkok menyamakan tinggiku dengannya.

"Halo Buntara..kenalin nama Aunty, Arunika Melliflous. Kamu panggil Aunty cantik aja ya!" Aku mengulurkan tangan pada anak itu.

Dia tidak membalas uluran tanganku melainkan langsung memelukku cukup erat. Aku tersenyum dan membalas pelukan Buntara.

"Eehh Bunta ko main peluk-peluk Auntynya si." Dokter Fira melepas pelukan Buntara padaku.

"Enggak apa-apa ko, dok." Aku mengelus kepala Buntara lembut dan kembali berdiri.

Dokter Fira menyamakan tingginya dengan Buntara, "Kamu ke kamar dulu ya sayang, Bunda mau ngobrol dulu sama Aunty," ucap Dokter Fira lembut pada Buntara.

Buntara memajukan bibirnya lucu, "Aku mau main sama Aunty, Bunda!"

"Iya, nanti Bunta main sama Aunty. Tapi setelah Bunda selesai bicara sama Aunty ya? Kamu main sama mba dulu di kamar. Nanti Bunda panggil, kita main sama Aunty." Dokter Fira masih menjelaskan dengan sangat lembut.

"Janji?" Buntara memberikan jari kelingking pada Dokter Fira. Dokter Fira tersenyum dan megaitkan kelingkingnya dengan jari kelingking Buntara.

"Aunty cantik janji?" Buntara menyerahkan kelingking tangan lainnya padaku. Aku mengaitkan jari kelingkingku padanya.

"Janji!" Ucapku dan Dokter Fira kompak.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang