AUTHOR POV
🍃🍃🍃
📍Amsterdam, Belanda
Kini di Amsterdam sedang mengalami musim semi, oleh karena itu banyak orang Belanda yang berjalan-jalan hanya sekedar ingin menikmati musim semi.
Seperti halnya dengan Sagara dan William sekarang, mereka berdua tengah berjalan kakik di trotoar ibu kota Belanda.
"Lo kenapa enggak mau tinggalin di rumah gue aja si?" Tanya William pada Sagara yang berjalan di sampingnya.
William dan keluarganya telah tinggal menetap di Amsterdam sejak William berusia 12 tahun hingga kini dirinya berusia 18 tahun, ya, William seumuran dengan Sagara. William adalah anak pertama dan dia memiliki seorang adik perempuan berusia 14 tahun yang bernama Arabella Cahya. Bukan hanya William yang memiliki nama beraksen Belanda dan Indonesia yang diberikan orang tuanya, melainkan adiknya juga memiliki nama itu.
Sagara menoleh sekilas pada William. "Gue mau tinggal sendiri."
William menghela napas. Tidak habis pikir dengan sepupunya ini, sudah lima hari tinggal di Belanda, tapi wajahnya begitu murung.
"Kenapa si lo?" Tanya William menahan lengan Sagara untuk berhenti berjalan.
"Orang-orang, kalo ke luar negeri tuh happy gitu. Ini malah murung aja lo," lanjutnya. "Oh iya, gue hampir lupa. Hati lo ketinggalan di Indonesia ya? Hahahaha," ledek William membuat Sagara mendengkus.
"Sialan lo," umpat Sagara menoyor kepala William dan lanjut berjalan.
William tertawa karena berhasil membuat Sagara kesal. Dia segera menyusul langkah kakik Sagara dan berjalan di sampingnya.
"Bukan kemauan gue buat ke Belanda," ucap Sagara sambil terus berjalan.
"Itung-itung berbakti kepada orang tua Gar. Perusahan orang tua kita di sini kan lagi bermasalah, ya lo diminta ke sini buat bantuinlah," jelas William merangkul bahu Sagara.
Kedua orang tua Sagara memang menanam saham yang cukup besar di perusahaan orang tua William. Perusahaan mereka kini tengah mengalami penurunan, yang mengakibatkan perusahaan sedang di ambang kebangkrutan.
"Kan ada lo," balas Sagara menepis tangan William dari bahunya.
"Gue enggak bisa kali nanganin semuanya cuma berdua sama bokap. Kita butuh bantuan lo," ucap William.
"Lagian lo juga udah keterima beasiswa di
University van Amsterdam. Jangan sia-siain kesempatan itulah, banyak yang mau kuliah di situ," lanjut William."Tapi gue enggak termasuk di orang-orang yang lo bilang," balas Sagara menatap lurus pada jalan.
"Lah tapi lo daftar beasiswa, gimana si?" Tanya William heran.
"Nyokap yang daftarin," jawab Sagara tak semangat.
William mengangguk mengerti. "Udah jalanin aja. Cuma lima tahun ini."
Sagara melirik tajam William. "Lima tahun enggak sebentar William Cahyo."
"Yaudah lo sabar aja," sahut William.
"Arunika pasti kecewa banget sama gue," ujar Sagara lesu.
"Lo kasih pengertian ke dia pelan-pelan. Lama-lama dia bakal ngerti ko, percaya sama gue," saranWilliam sambil terus berjalan meninggalkan Sagara yang tiba-tiba berhanti.
"Gimana caranya, email gue dari empat hari lalu juga belom dibales sama dia," keluh Sagara menatap sendu pada ponselnya yang menampilkan pesan email yang belum dibalas oleh Arunika.

KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen Fiction[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA. JANGAN LUPA FOLLOW SUN JUGA]. Arunika Melliflous seorang siswi kelas 11 yang berhasil menjadi juara olimpiade Bahasa Indonesia tingkat Nasional. Wanita bersuara lembut yang mampu memikat lelaki benama Sagara Nabastala...