Chapter 56 | Rindu

135 10 10
                                    

AUTHOR POV

🍃🍃🍃

📍Amsterdam, Belanda

"De vergadering van vandaag is genoeg om eerst hier te komen, bedankt voor uw medewerking," ucap pria paruh baya pada seluruh pegawai yang ada di ruang rapat. (Rapat hari ini cukup sampai sini dulu, terima kasih atas kerja samanya).

Semua karyawan yang mengikuti rapat siang ini satu persatu keluar dari ruangan menyisakan Sagara, William, dan pria paruh baya yang tadi berbicara.

"Good gedaan Gar, Will," puji pria paruh baya tadi. (Kerja bagus, Gar, Will).

"Bedankt pa," balas William. (Terima kasih Pah).

Pria paruh baya itu bernama Galih, dia adalah Ayah dari William. Pemilik salah satu perusahaan property di Amsterdam yang kini tengah mengalami masalah yang cukup besar, itu juga alasan mengapa Sagara dikirim ke Belanda.

William menyikut lengan Sagara yang duduk di sampingnya sambil menatap lurus dengan pandangan kosong.

"Sagara," panggil William sambil menepuk bahu Sagara cukup kencang hingga sang empu terkesiap.

"Ngagetin aja lo. Apa?!" Ucap Sagara tak santai.

"Bengong mulu lo, dua hari lalu Rusa bengong langsung dikawinin," ledek William.

Galih terkekeh. "Kamu kenapa melamun gitu Gar? Kayanya tadi pas meeting kamu oke-oke aja."

Sagara menggaruk tengkuknya gugup. "E-eh, itu om, ada yang Sagara pikirin."

"Biasa Pah, LDR," sahut William yang langsung dapat pelototan dari Sagara.

"Kamu udah punya pacar di Indonesia Gar?" Tanya Galih penasaran.

"Udah, tapi langsung ditinggal," sela William yang lagi-lagi menyaut meledek Sagara.

Sagara mendengkus kesal dan beranjak dari duduknya. "Yaudah om. Sagara pamit, capek tadi baru pulang ngampus langsung ke sini soalnya."

"Istirahat ya Gar, jangan lupa makan," jawab Galih mengizinkan Sagara keluar ruangan.

William segera menyusul sepupunya setelah berpamitan pada ayahnya. Lelaki itu menyamakan jalannya dengan Sagara dan merangkul bahu sepupunya.

"Jadi sensitif ya lo sekarang," ledek William, lagi.

"Diem lo," sahut Sagara sambil menyingkirkan tangan William dari bahunya.

"Gimana, lo kan udah mau tiga bulan kuliah di sini, udah dapet pengganti Arunika belum?" Goda William memancing, dan berhasil membuat Sagara melempar tatapan tajam ke arahnya.

Sagara mendengkus dan bergegas meninggalkan William keluar dari kantor. Suasana hatinya sedang tidak baik hari ini. Sudah tiga bulan laki-laki itu berada di Amsterdam, tapi tetap saja pikirannya hanya dipenuhi oleh Arunika.

William tahu betul kalau Sagara sangat gelisah karena emailnya belum ada satupun yang dibalas oleh pacarnya. Ia merasa iba pada sepupunya itu, tapi tak urung lelaki itu juga terus menggoda Sagara.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang