Chapter 44 | Pensi dan berita buruk

134 14 44
                                    

Pukul 7 pagi aku baru saja sampai di gedung yang disewa SMA Kelaga untuk perpisahan kelas 12.

Aku melangkah masuk ke dalam ruangan yang bernuansa putih. Sudah banyak kursi-kursi yang berjejer rapih menghadap panggung, dan sebagiannya sudah ada yang mengisi. Aku melangkah lebih dalam menuju belakang panggung yang sudah ada beberapa panitia ataupun siswa SMA Kelaga yang bukan kelas 12.

Aku menghampiri Lazuardi yang juga berada di backstage. Mereka sudah rapih dengan Ka Genta dan Ka Amerta memakai kemeja putih dan jas hitam sebagai luaran, serta celana bahan senada dengan jas yang mereka pakai, tak lupa sepatu kulit yang mereka kenakan menambah kesan formal pada hari ini. Sedangkan Ka Puspa memakai kebaya berlengan panjang berwarna hijau mint, rambutnya yang dicepol rapih dan high heel putih yang tidak terlalu tinggi.

Aku mencari keberadaan Ka Sagara di antara mereka, tetapi tidak menemukannya.

"Arunika, Sagara mana?" Tanya Ka Puspa saat aku sampai pada mereka.

"Aku enggak bareng Ka Sagara. Katanya dia disuruh dateng lebih awal sama guru kesiswaan," jawabku seraya duduk di kursi kosong samping Ka Puspa.

"Iya, itu Bu Jasmin udah nyariin. Dia belum dateng. Kita kira dia bareng lo," sahut Ka Amerta.

"Enggak. Mungkin masih di jalan," balasku.

"Coba Ar telpon, acaranya udah mau mulai," pinta Ka Amerta.

Aku mengangguk dan segera menghubungi Ka Sagara dengan menelpon dan mengiriminya pesan.

Sudah beberapa kali aku menghubunginya, tetapi tidak ada yang dijawab olehnya.

"Enggak diangkat. Aku chat juga enggak dibales," ucapku memberitahu.

"Kemana si, garagara," ujar Ka Puspa terlihat kesal.

"Maaf ka, acaranya udah mau mulai. Kelas 12 diharap buat ke kursi yang udah disediain di depan," ucap seorang panitia mengalihkan perhatian kami. Lalu dia langsung melenggang pergi.

"Ar, kita ke depan ya," pamit Ka Genta. Aku mengangguk dan membiarkan mereka meninggalkan belakang panggung.

Aku mulai gelisah karena hingga saat ini Ka Sagara belum juga bisa dihubungi. Dia sama sekali tidak menjawab telephone atau sekedar membalas pesanku.

"Assalammualaikum semuanya!" Pembawa acara mulai pembukaan.

Aku mencoba menenangkan diri dan berpikir positif bahwa Ka Sagara akan segera datang.

Acara terus berjalan, dari pembukaan hingga sambutan dari kepala sekolah dan guru-guru.

"Anak-anak ibu semua, sekarang ibu akan mengumumkan siswa terbaik di SMA Kelaga yang berhasil mendapat nilai tertinggi di SMA Kelaga. Selain nilainya yang tinggi, dia juga berhasil lolos SNMPTN di Universitas Indonesia. Bukan hanya itu, dia juga mendapat beasiswa kuliah di Belanda. Keren banget kan temen kalian ini?" Aku medengar suara Bu Jasmin yang ingin memberi penghargaan kepada siswa terbaik.

"Enggak perlu lama-lama lagi. Ini dia kita sambut, siswa terbaik SMA Kelaga, SAGARA NABASTALA," teriak Bu Jasmin dan cukup membuatku terkejut atas apa yang ia sampaikan.

Ka Sagara, siswa terbaik, lolos SNMPTN, dan dapat beasiswa di Belanda. Fakta terakhirlah yang sangat membuatku terkejut, Ka Sagara tidak pernah membicarakan ini sebelumnya denganku.

Jadi yang Erlara maksud kemarin adalah Ka Sagara, dan Davina tentu sudah mengetahuinya.

Napasku seketika tercekat. Ka Sagara membohongiku, dia berniat meninggalkanku.

Ponsel yang sedari tadi aku pegang terjatuh ke lantai begitu saja. Aku menatap pilu pada ponsel itu.

Aku melihat ada yang berjongkok di depanku. Membuatku menengadah dan melihat Ka Genta yang kini ada di hadapanku.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang