Chapter 43 | Sagara's Sun

130 12 13
                                    

Ka Sagara membawaku ke salah satu meseum iconic di Jakarta, tepatnya di kawasan Jakarta Barat.

Museum Modern and Contemporary Art in Nusantara atau lebih dikenal dengan singkatannya, Museum MACAN.

Museum MACAN resmi dibuka pada 3 November 2017. Museun ini adalah museum pertama yang didedikasikan pada seni modern dan kontemporer. Peresmian Museum ini dilakukan oleh Filantropis sekaligus pendiri museum yang didesign oleh MET Studio London, Haryanto Adikoesoemo.

Museum ini mengoleksi sekitar 800 karya seni yang telah dikumpulkan kolektor seni sekaligus pengusaha Indonesia, Haryanto Adikoesoemo, sang penggagas museum MACAN sendiri. Seni kontemporer dan modern yang ditampilkan museum MACAN tidak terbatas pada lukisan, tapi juga menampilkan gaya kontemporer dengan berbagai medium, teknik dan seni instalasi.

Sejujurnya, aku belum pernah ke sini sebelumnya. Ini pertama kalinya aku ke sini, itupun karena Ka Sagara yang mengajak.

Aku tau museum ini karena sudah terkenal di media sosial. Karena tertarik, jadi aku membaca sedikit sejarah berdirinya museum ini di salah satu website.

"Saya baru pertama kali ke sini. Kalo kamu, sebelumnya kamu udah pernah ke sini?" Tanya Ka Sagara.

"Belum. Ini juga kali pertama aku ke sini," jawabku sambil melihat semua karya seni yang berada di sekiling kami.

"Saya awalnya enggak tau ada museum seindah ini kalo enggak dikasih tau Amer," jelas Ka Sagara.

"Kata Amer ini salah satu tempat rekomended buat ngedate," lanjutnya, kali ini membuatku berhenti melangkah dan menatapnya.

Ka Sagara menoleh ke belakang melihatku yang berhenti. "Kenapa? Ayo."

Aku kembali berjalan di sampingnya, perasaanku kini bahagia. Dengan tidak langsung Ka Sagara mengatakan bahwa kita berdua kini sedang berkencan.

"Kamu tau enggak kalo koleksi yang ada di sini itu fokus pada seni dan konteporer dari Indonesia, Eropa, Amerika, dan Asia," ucap Ka Sagara.

Aku menoleh sikalas padanya, "Oh ya? Keren banget. Aku kira koleksi-koleksi di sini semuanya dari Indonesia."

"Enggak, tapi juga banyak dari negara-negara luar. Koleksi di sini itu dari pendiri museum dan merupakan koleksi pinjaman jangka panjang kepada museum," jelas Ka Sagara.

"Berarti koleksi di sini udah cukup lama ya ka?" Tanyaku sambil terus berjalan.

"Betul. Koleksi di sini udah tumbuh selama lebih dari 25 tahun dan terus bertambah," jawab Ka Sagara.

Kami berhenti dan fokus pada lukisan yang ada di depan kami. Lukisan bunga impian yang sangat indah bertahun 1969.

"Oh iya Ar. Besok ke pensi saya enggak bisa jemput kamu, soalnya guru kesiswaan minta saya dateng labih cepet. Enggak apa-apa kan?" Ujar Ka Sagara tanpa mengalihkan pandangannya dari lukisan.

"Iya, enggak apa-apa ko ka. Nanti aku minta anter Ka Giral," jawabku.

Ka Sagara mengaguk, dia menoleh padaku. "Ke sana yu," tunjuknya pada konteporer globe yang berbaring.

Kami lanjut melangkah mendekat pada globe itu.

"Racikan Global. Global Suop." Aku membaca tulisan yang ada di dinding samping globe itu.

" Aku membaca tulisan yang ada di dinding samping globe itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang