"Lo enggak apa-apa Ar?" Tanya Davina selagi tetap fokus menyetir.
Aku menoleh dan tersenyum, "I am fine."
"Bye the way, lupain tentang kakaknya Sagara ya. Dia agak sensitif kalo menyangkut kakaknya," ucap Davina masih sambil fokus menyetir.
"Lo kenal deket sama Ka Fira?" Tanyaku dan tiba-tiba Davina mengerem mobilnya mendadak. Aku memerhatikan sekitar memastikan tidak ada korban karena Davina menghentikan mobilnya secara tiba-tiba. Davina meminggirkan mobilnya ke sisi kiri jalan.
"Sagara udah cerita ke lo?" Tanya Davina setelah mobilnya terparkir sempurna di pinggir jalan, dan menghadapkan badannya padaku. Aku menggeleng menjawab pertanyaannya.
"Terus lo tau dari mana?" Tanyanya lagi.
"Jawab pertanyaan gue dulu, lo deket sama Ka Fira?" Aku mengulang pertanyaan pertamaku. Davina diam dan mengubah kembali posisi tubuhnya menghadap depan.
"Gue anter lo pulang sekarang," ucap Davina tiba-tiba dan langsung menyalakan kembali mesin mobilnya.
"Davina, gue butuh jawaban lo." Davina tidak menghiraukanku dan mulai menjalankan mobilnya. Aku menghembuskan napas berat, ternyata cukup sulit untuk membatu Dokter Fira.
"Turunin gue di supermarket depan, nyokap nitip belanja bulanan," ucapku mengalihkan pembicaraan.
***
Aku sudah selesai belanja bulanan, kini aku berdiri di lobi supermarket dengan menenteng tas belanja, menunggu ojek online yang telah aku pesan datang.
Seketika tubuhku menegang, aku terkejut bukan main saat ada tangan kekar yang memegang erat tanganku. Aku menoleh dan mendapati Rega menatap tajam kearahku.
Beberapa detik napasku tercekat dengan tubuh kaku, detak jantungku berpacu lebih cepat. Aku segera sadar dan mencoba melepaskan tanganku darinya.
"Gue enggak mau bertele-tele lagi, ikut gue sekarang!" Ucapnya sambil menarik paksa tanganku menuju mobilnya.
Tas belanja yang sedari tadi aku pegang terjatuh, alhasil isi di dalamnya berhamburan di atas tanah. Aku tidak lagi mempedulikannya, yang ada di pikiranku sakarang hanyalah cara untuk terlepas darinya.
Rega terus menarikku dengan kasar. Aku memerhatikan sekitar, mencari seseorang yang bisa membantuku. Dari kejauhan, aku melihat Ka Naufal yang berdiri di samping mobilnya, sibuk melihat ke kamera yang ia pegang.
"KA NAUFAL!!" Mendengar teriakanku, Rega berhenti melangkah dan menatapku tajam.
"Diem bangsat!" Bentaknya.
Dia mencari siapa yang aku panggil. Selagi dia lengah, aku berontak dan melepaskan tanganku dari genggamannya. Setelah terlepas, aku berlari sekencang mungkin menghampiri Ka Naufal yang tengah fokus melihat sesuatu pada kameranya.
"Ka Naufal, tolongin aku," pintaku dengan napas yang tidak beraturan.
"Arunika? Ada apa?" Tanyanya dengan kedua alis yang berkerut menatapku.
"Pahlawan mana lagi ini? Heran gue, padahal kakak lo itu pembunuh tapi dewi keberuntungan selalu berpihak pada adiknya," ucap Rega membuatku terkejut.
Dia menyebut Ka Giral sebagai pembunuh, apa maksudnya? Aku menatap Ka Naufal yang kini membisu menatap Rega.
"Bayar Arunika berapa lo? Kalo udah selesai pake, kabarin gue," ucapnya lagi kali ini menghinaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arunika
Teen Fiction[JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA. JANGAN LUPA FOLLOW SUN JUGA]. Arunika Melliflous seorang siswi kelas 11 yang berhasil menjadi juara olimpiade Bahasa Indonesia tingkat Nasional. Wanita bersuara lembut yang mampu memikat lelaki benama Sagara Nabastala...