Chapter 13 | Kambuh

383 27 22
                                    

Aku melihat arloji yang terpasang di tangan kiri, sudah hampir satu jam aku menunggu Ka Giral.

Hari semakin sore, sekolahpun sudah sangat sepi, hanya ada beberapa siswa siswi yang sedang berkegiatan ekskul atau osis.

Aku sudah mencoba menghubungi Ka Giral sejak satu jam lalu, tapi ia sama sekali tidak menjawabnya.

"Belum pulang Ar?" Aku menoleh saat ada seseorang yang bertanya padaku.

Ka Rega, kakak kelas sekaligus most wanted di SMP Pustaka. Dia menghampiriku dan bertanya padaku.

Aku menatap Ka Rega kagum, dia semakin tampan ketika wajah dan rambutnya di basahi oleh keringat, sepertinya akibat bermain basket, terlihat dari baju basket yang masih ia kenakan.

"Belum ka, Ka Giral belum jemput," jawabku ramah.

"Oh yaudah, ayo gue anter," Ajak Ka Rega padaku.

Belum sempat aku menjawab, Ka Rega sudah menarikku untuk mengikutinya menuju parkiran sekolah.

Saat ia sibuk mengeluarkan motornya dari parkiran, tiba-tiba saja aku berpikir untuk sharelock pada Ka Giral.

Sebenarnya menurutku itu tidak begitu penting, toh selama ini juga Ka Giral terpaksa mengantar dan menjemputku sekolah. Tapi feellingku mengatakan harus mengiriminya sharelock dan memberitahu Ka Giral bahwa aku pulang berasama Ka Rega.

Aku naik ke atas motor Ka Rega yang telah berhasil ia keluarkan dari parkiran sekolah.

Ka Rega mulai menajalankan motornya meninggalkan lingkungan sekolah.

Aku menunjukkan jalan rumahku pada Ka Rega. Tapi anehnya, ia tidak mengikuti arah yang aku tunjukan untuk ke rumahku.

"Ka, arah rumahku udah lewat." Aku mengingatkan Ka Rega.

"Iya, gue tahu. Tapi temenin gue dulu sebentar," Aku mengangguk sebagai jawaban.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, Ka Rega memberhentikan motornya.

Aku mengernyit saat melihat lingkungan tempat Ka Rega memberhentikan motornya.

Telihat ada gedung tua kosong yang terbengkalai, di sekitarnya terdapat hutan yang lumayan lebat, dan hanya terdengar suara-suara burung. Di sini sangat sepi, seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan.

Perasaanku mulai tidak enak, "Ka Rega, kita ngapain di sini?" Aku memutuskan untuk bertanya.

Ka Rega turun dari motornya dan akupun ikut turun.

"Ayo ikut aja." Ka Rega menarik tanganku, aku menahannya.

"Aku tunggu sini aja." Aku mencoba menolak dengan sopan.

"Udah ayo, jangan takut. Kan sama gue." Aku menggelengkan kepala saat Ka Rega membujukku.

"IKUT GUE, ANJING!" Aku tersentak saat Ka Rega memaksa dan membentakku.

Aku semakin takut dibuatnya. Aku sedikit memberontak agar tarikannya terlepas.

Tiba-tiba saja Ka Rega mengangkat tubuhku dengan kakiku menggantung di depan dan kepalaku di belakang tubuh Ka Rega.

"Lepasin aku ka.. aku enggak mau!" Aku mulai tidak bisa membendung air mataku.

Aku sangat takut, aku mencoba memberontak dengan memukuli punggung Ka Rega.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang