Chapter 3 | Cafe

522 51 21
                                    

Aku baru saja sampai di Cafe Pancarona tempat di mana aku dan Ka Sagara akan berlatih untuk tampil nanti. Baru saja mendekati pintu masuk cafe, perasaan tidak nyaman menghempiriku.

Sebelum membuka pintu, aku berusaha menenangkan pikiranku dengan  menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Dadaku bergemuruh ketika tangan kananku memegang gagang pintu untuk mendorongnya agar pintu itu terbuka.

Perasaanku sedikit lega saat melihat cukup banyak pengunjung di cafe ini. Aku merasa lebih aman karena tempat ini lumayan ramai, jadi sedikit mengurangi rasa takutku.

Sesuai namanya, Pancarona, Cafe ini dipenuhi dengan warna-warni di sekeliling bangunannya, sangat colorfull. Terlebih warnanya adalah warna-warna pastel kesukaanku. Warna-warnanya membuatku tenang dan nyaman. Pegawai-pegawainyapun menggunakan seragam dan apron berwarna pastel. Setiap sudut di cafe ini sangat instagramable, jadi tak heran banyak sekali anak seumuranku di tempat ini.

 Setiap sudut di cafe ini sangat instagramable, jadi tak heran banyak sekali anak seumuranku di tempat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Untuk sampai ke cafe Pancarona, Aku menggunakan ojek online. Saat ingin pergi ke sinipun aku hanya berpamitan kepada Mamah dan tidak izin dengan Ka Giral karena ia tertidur di kamarnya. Sudah dapat dipastikan jika aku izin kepada Ka Giral untuk ke cafe ini dengan tujuan bertemu Ka Sagara, dia tidak akan membiarkanku pergi apalagi seorang diri.

Aku menghampiri Ka Sagara yang telah sampai lebih dulu dan duduk di sudut ruangan. "Maaf Kak, nunggu lama ya?" Tanyaku tak enak hati seraya menarik kursi yang berada di hadapan Ka Sagara dan segera duduk.

"Enggak kok, saya juga baru sampe," jawabnya sambil mengeluarkan gitar akustik dari tas gitarnya dan mulai memetikan gitar.

Aku berdeham sejenak, "Ka Sagara udah pesen?" Tanyaku karena tidak melihat makanan atau minuman di atas meja yang kami tempati.

"Udah, saya juga udah pesenin kamu,"  balasnya dengan terus fokus pada gitar dipangkuannya.

Aku mengangguk, "makasih Kak."

Seorang pelayan membawa senampan pesanan dan meletakkannya di atas meja. Aku mengernyit bingung ketika pesanan yang pelayan itu taruh di hadapanku adalah pesanan yang biasa aku pesan jika ke cafe ini. Aku menggedikkan bahu, mungkin kebetulan Ka Sagara memesankan itu untukku. Setelah meletakkan semua pesanan yang dipesan Ka Sagara, pelayan itu pergi untuk kembali pada pekerjaannya.

Ka Sagara berhenti memetikkan gitarnya. "Caramel Latte dan Cheese Cake, saya enggak salah pesen makanan dan minuman buat kamu kan?" Tanyanya menatapku sambil tersenyum.

Aku semakin bingung dibuatnya, ternyata dia sengaja memesakan itu untukku karena tau itu adalah makanan dan minuman favoritku dan bukan hanya kebetulan seperti apa yang aku pikirkan.

"Ka Sagara tau dari mana kalau Caramel Latte dan Cheese Cake itu kesukaan aku?" Tanyaku yang hanya dibalas senyuman olehnya.

"Ka Sagara ngestalk aku di instagram?" Tebakku, tapi kali ini laki-laki di hadapanku justru tertawa setelah mendengarnya.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang