Chapter 41 | Memperbaiki

122 13 0
                                    

Aku, Ka Sagara, Dokter Fira, dan Buntara dalam perjalanan menuju rumah Ka Sagara menumpangi mobil mercedes miliknya. Kami pergi setelah Ka Adrian meninggalkan apartemen Dokter Fira.

"Gar kamu yakin?" Tanya Dokter Fira yang nada suaranya terdengar gamang.

"Yakin ka. Kakak tenang aja ya," jawab Ka Sagara sambil tetap fokus menyetir.

Aku menatap Dokter Fira yang berada di kursi belakang dan memberinya senyuman untuk menyalurkan kekuatan.

"Kita mau ke mana Bunda?" Tanya Buntara yang baru selesai bermain game di tablet miliknya.

"Kita mau ketemu kakek dan nenek Bunta," jawab Ka Sagara yang menghentikan mobilnya di lampu merah.

"Kakek dan nenek yang ada di foto? Beneran Bunda?" Tanya Buntara memastikan.

Dokter Fira hanya memberi anggukan sebagai jawaban pada Buntara. Wajahnya terlihat gelisah, Dokter Fira menatap ke luar jendela dengan pandangan khawatir.

"Enggak apa-apa kak, aku bakal temenin Ka Fira terus," ucapku berusaha menenangkannya.

Dokter Fira beralih menatapku. Dia tersenyum, pandangannya kini berubah sayu, tak lagi setakut tadi.

"Makasih ya Ar," ujarnya dan aku mengangguk.

Ka Sagara kembali menjalankan mobilnya ketika lampu sudah berubah hijau. Atmosfer dalam mobil sudah tidak setegang tadi karena sepertinya Dokter Fira sudah lebih tenang.

Sesekali aku bercanda dengan Buntara yang duduk di samping Dokter Fira dengan bermain tebak-tebakan. Tak jarang juga Ka Sagara melontarkan kalimat yang membuat kami tertawa.

Tak berselang lama, akhirnya kami sampai di kediaman Ka Sagara dan keluarganya. Kami turun setelah Ka Sagara memarkirkan mobilnya dengan sempurna di halaman rumah.

Aku mendampingi Dokter Fira yang kembali gugup saat mendekati pintu utama.

Ka Sagara melangkah lebih dulu bersama Buntara di sampingnya, mendahuluiku dan Dokter Fira yang mengikutinya dari belakang.

Ka Sagara membuka pintu utama dan segera masuk. Ketika aku ingin mengikutinya masuk ke dalam rumah, Dokter Fira menahanku.

"Kamu bawa anak siapa Gar? Ganteng banget." Aku mendengar suara Tante Ratna dari dalam.

"Sebentar mah, Gara panggil dulu," pamit Ka Sagara dan selanjutnya ia keluar menemuiku dan Dokter Fira.

"Ayo kak," ajak Ka Sagara.

"Gar, Kakak belum siap," jawab Dokter Fira gelisah.

"Enggak apa-apa ka. Kan ada aku sama Arunika," ucap Ka Sagara meyakinkan Dokter Fira.

Kami bertiga akhirnya masuk, dengan Ka Sagara jalan lebih dulu dan aku membututinya dari belakang, lalu Dokter Fira menyusul.

"Ada sia-" ucapan Tante Ratna terpotong saat melihat kami.

"M-mah," panggil Dokter Fira gugup. Dia menggenggam kuat tanganku untuk menyalurkan kegugupannya.

"Itu Buntara mah, anaknya Ka Fira," ucap Ka Sagara memperkenalkan Buntara pada Tante Ratna.

Tante Ratna langsung menurunkan Buntara dari pangkuannya ketika Ka Sagara memberitahu bahwa Buntara adalah anak Dokter Fira.

Buntara melangkah mendekati Dokter Fira dengan wajah bingung. Alisnya bertaut dengan mata teduh menatap Dokter Fira .

"Maafin aku mah," ujar Dokter Fira sambil melepas genggamannya dariku.

Tante Ratna diam membisu di tempatnya. Dia memandang Dokter Fira dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang