Chapter 19 | Latihan Band

217 20 11
                                    

"Ar, lo kan juara nasional olimpiade bahasa Indonesia, lo tau enggak arti nama gue? Masa iya nyokap gue asal kasih nama Amerta." Ka Amerta bertanya padaku.

Belum sempat aku menjawab, ada yang lebih dulu menyahut dari arah pintu masuk studio, "Nyokap lo ngidam amer kali pas hamil," Sela Ka Genta yang baru saja sampai.

"Anjir." Ka Sagara melempar bantal yang berada di dekatnya pada Ka Genta dan ditangkis olehnya.

Ka Genta menghampiri kami dan duduk di karpet karena sofa sudah penuh diduduki aku, Ka Sagara dan Ka Puspa.

"Permisi." seseorang datang dari arah pintu.

"Loh Dav?" Aku sedikit heran saat melihat ternyata Davina lah yang baru saja masuk.

"Hai Ar..." sapa Davina menunjukkan deretan giginya.

"Sini Dav." Ka Genta menepuk nepuk tempat kosong di sampingnya.

Aku, Ka Sagara, Ka Amerta, dan Ka Puspa menatapnya selidik.

"Lo kesini bareng gentong?" Tanya Ka Puspa. Davina tersenyum dan mengangguk.

"Jawab pertanyaan gue dulu Ar, baru nanti tanya - tanya si gentong sama temen lo," pinta Ka Amerta.

"Di KBBI, Amerta artinya abadi," jawabku.

"Anjay... keren juga nama gue," ucap Ka Amerta bangga.

"Kalo gue apa Ar?" Ka Puspa ikut bertanya.

"Di KBBI, Puspa artinya bunga. Tapi kalo di jabarin, Puspa artinya pesona anggrek bulan," jelasku.

"Cantik banget artinya kaya yang punya nama," ucap Ka Puspa percaya diri.

"Halah, obat nyamuk aja bangga," Ledek Ka Genta. "Kalo arti dari Genta apa Ar?" Tanya Ka Genta selanjutnya.

"Ikut nanya juga kan lo!" Ka Puspa balik meledek.

"Genta di KBBI artinya lonceng besar," jawabku lagi.

"Anjir, berisik dong gue," Gumam Ka Genta.

"Ya emang," Ka Sagara menyetujui pernyataan ka Genta.

"Loncengnya segede gentong lagi," ledek Ka Amerta. Ka Genta mendengus mendengar ucapan Ka Amerta dan Ka Sagara.

"Ko lo bisa bareng Ka Genta ke sini Dav?" Tanyaku pada Davina.

Davina menggaruk tengkuknya terlihat bingung dan gugup.

"Bisalah, kan gue yang ngajak," sahut Ka Genta.

"Ini pertama kali gue di ajak jalan sama Ka Genta ko Ar." Davina terlihat sedikit panik dan mencoba meyakinkanku.

"Kenapa panik gitu Dav?" Tanyaku bingung.

"Gue takut lo marah, karena gue belum cerita," jelas Davina.

"Nggak ko, santai aja." Aku tersenyum menatapnya.

'Preeeeet'

"ANJING SI GENTONG KENTUT, BAU BANGET BANGSAT," umpat Ka Amerta sambil menutup hidungnya.

Ka Sagara juga ikut menutup hidungnya dengan satu tangan, dan tiba-tiba tangannya yang satu membekap hidung dan mulutku. "Kentutnya gentong bau banget, kamu enggak akan kuat kalo kecium."

"Abis makan apa si lo? Bau banget najis," geram Ka Puspa.

"Ka Sagara, aku enggak bisa napas." Ka Sagara masih membekap mulut dan hidungku.

"Apa? Kenapa Ar? Kamu kurang jelas ngomongnya," tanya Ka Sagara.

"Si gara-gara ikutan bego kaya Gentong nih, lo ngebekap mulut sama idungnya, mana bisa ngomong jelas dia. Napas juga kayanya enggak bisa tuh," sela Ka Amerta.

Ka Sagara membuka bekapannya pada mulutku tapi masih mencubit kecil hidungku, "Oh iya, maaf ya Ar, heheh."

"Aku enggak bisa napas ka," aku mengulang ucapanku.

"Dia bisa nutup idung sendiri kali Gar, posessive banget ya si gara-gara," ledek Ka Puspa.

"Ka Genta kentut sembarangan banget si! Bau tau," peringat Davina yang juga menutup hidungnya dengan satu tangan sedangkan tangan yang lain mengibas-ngibas di udara.

"Gue sengaja vin, biar lo selalu inget bau kentut gue." Ka Genta menjawab sambil cengengesan.

Ka Puspa melempar bantal yang ada di dekatnya pada Ka Genta, "Emang dasarnya jorok aja lo mah."

"Kalo biar inget tuh wangi parfum bukan bau kentut," sarkas Ka Sagara dengan tangannya yang masih bertengger di hidungku.

"Gue kan anti mainstream banget," jawab Ka Genta bangga.

***

Lazuardi mulai berlatih, aku dan Davina duduk di sofa panjang yang ada di studio sambil menikmati mereka berlatih.

"Emang pensinya kapan ka?" Tanya Davina saat mereka berhenti sejenak.

"Belum tau si, kita persiapin dari sekarang biar maksimal pas tampil nanti. Kalo latihannya pas mepet hari H, takut ketunda sama ujian-ujian," jawab Ka Puspa menjelaskan. Aku dan Davina mengangguk mengerti.

"Pus, lo duduk gih. Gue mau nyanyi," pinta Ka Sagara.

"Modus nih pasti." Ka Puspa menghampiriku dan Davina, lalu duduk di bagian yang kosong sebelahku.

"Heh gentong! Yang di suruh duduk cewek gue doang, kita ngiring si gara-gara nyanyi," semprot Ka Amerta saat Ka Genta ikut duduk dengan Ka Puspa di sofa single samping Davina.

"Yeee.. gue kira gara-gara mau nyanyi sendirian." Ka Genta berdiri dan menghampiri Ka Sagara yang berada di depan stand mic.

Ka Sagara menoyor kepala Ka Genta, "Maksudnya lo main drum gentong, gue yang nyanyi."

"Gimana si Amer! Ngomong yang jelas dong," omel Ka Genta.

Ka Amerta hanya diam dan tidak berniat menanggapi ucapan Ka Genta.

Ka Genta berjalan ke arah drum, dan duduk di kursi.

Ka Sagara membalikkan badan memberi isyarat pada Ka Amerta dan Ka Genta, entah apa.

Ka Sagara berbalik menghadap depan dan mulai memetikan gitarnya. Diikuti dengan instrumen lainnya yang dimainkan oleh Ka Amerta dan ka Genta.

"WOO GILA! INI YANG BARU LO BIKIN 2 HARI LALU KAN GAR?!" Baru saja intro, Ka Puspa langsung heboh sendiri.

"Sagara nyiptain lagu ini buat lo," Ka Puspa berbisik padaku, membuat kedua pipiku mendadak panas.



















_________________________
Lirik lagunya bayangin aja sendiri ya wkwkwk

Btw, kenapa sagara ga nyanyiin lagu ciptaannya buat arunika pas di pensi nanti, ya karena sagara g--

Jangan lupa vote dan coment😉

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang