Chapter 14 | Psikiater

408 28 8
                                        

Hari ini adalah hari pertama libur semester, dan hari liburku disambut dengan datang ke Psikiater.

Setelah beberapa bulan tidak periksa ke Dokter Psikiaterku, hari ini aku kembali periksa ditemani oleh Ka Giral.

Saat panic attackku kambuh, orang tuaku memutuskan untuk membawaku kembali periksa ke Psikiater yang menanganiku sejak aku memiliki panic attac tiga tahun lalu.

Aku hanya ditemani oleh Ka Giral kerena Mamah harus mengambil rapotku di sekolah dan Papah pergi bekerja.

Aku menghela napas berat. Aku sangat takut dengan hasilnya nanti. Apakah aku akan meminum obat seperti waktu itu, apakah penyakitku akan selalu kambuh, apakah mimpi itu akan datang kembali, apakah kejadian itu akan terus menghantui pikiranku. Banyak sekali pertanyaan dalam benakku.

“Jangan takut, kakak bakal nemenin kamu terus,” ucap Ka Giral menenangkanku.

***

Setelah sampai di rumah sakit, aku dan Ka Giral segera menuju resepsinonis untuk mengonfirmasi bahwa kami sudah membuat janji dengan salah satu Dokter Psikiater di sini.

Aku dan Ka Giral bergegas berjalan menuju ruangan Psikiaterku dan masuk ke dalam ruangannya.

Kamipun masuk ke dalam ruangan yang bernuansa putih, terdapat sebuah brankar dan alat medis lainnya di ruangan ini.  Aku melihat sudah ada seorang Dokter Psikiater yang duduk di kursi putih kebanggaannya.

"Halo Arunika, Giral," sapa Dokter Fira. "Silahkan duduk."

Aku dan Ka Giral duduk menghadap pada Dokter Fira. Dokter Fira tersenyum menatapku. Aku menunduk, tidak berani membalas tatapannya.

"Apa kabar kalian?" Tanya Dokter Fira lembut. Perlahan aku mengangkat kepalaku.

Aku menoleh ke samping melihat Ka Giral yang menatapku sambil tersenyum dan mengangguk.

Aku menarik napas pelan sebelum akhirnya menjawab,"P--Panick Atack aku kambuh lagi."

Dokter Fira tersenyum, "Apa yang buat panick attack kamu kambuh lagi?"

"A--aku mimpi k--kejadian itu lagi," ucapku terbata.

"Sejak kapan kamu memimpikannya lagi?" Dokter Fira menyatukan tangannya di atas meja.

"Semalem pertama kalinya aku mimpi itu lagi, setelah setahun terlepas dari mimpi itu," jawabku tidak lagi terbata-bata.

"Apa yang buat mimpi itu menghampiri kamu lagi?" Aku menunduk mendengar pertanyaan Dokter Fira barusan.

Tiba-tiba saja peristiwa kemarin menghampiri pikiranku. Detak jantungku mulai berdegup dengan cepat. Deru napasku tidak stabil, aku sulit mengendalikannya.

Aku merasa Ka Giral menyentuh bahuku, "Dok, Arunika Sesak napas lagi!"

"Kamu tenang, sekarang angkat Arunika ke brankar," ujar Dokter Fira, dan setelahnya aku merasa tubuhku terangkat dan di baringkan di brankar yang berada di ruangan ini oleh Ka Giral.

Dokter Fira memasangkan oxygen mask padaku dan mulai memeriksa dengan stetoskopnya.

Napasku mulai membaik seiring dibantu dengan tabung oksigen dan oxygen mask yang terpasang pada mulut dan hidungku.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang