Chapter 53 | TongJa

147 12 14
                                    

AUTHOR POV

🍃🍃🍃

Giral memarkirkan motornya di depan tongkroangan di mana ia biasa kumpul bersama teman-temannya.

TongJa atau Tongkrongan Jagoan yang bertempat di dekat kampus Universitas Indonesia itu adalah tempat nongkrong Giral dan keenam temannya.

Ruko milik orang tua Dio itu sengaja diberikan kepada anaknya untuk dijadikan tempat tongkrongan, alasannya agar Dio tidak ke tempat sembarangan dan membiarkan Dio menempatinya sebagai tempat berkumpul bersama teman-temannya.

Dengan langkah gontai Giral memasuki TongJa, dia duduk di kursi yang kosong tanpa memedulikan tatapan dari para temannya.

"Minum lo ya?!" Tanya Naufal sambil memegang bahu lelaki itu.

Giral menyingkirkan tangan Naufal dengan kasar. "Enggak usah so tau lo!"

"Mulut lo tuh bau neraka," ledek Alfian mencium bau alkohol yang keluar ketika Giral berbicara.

Dio menoyor kepala Alfian dengan tangannya. "Kaya pernah ke neraka aja lo."

"Mata lo merah gitu Ral," ucap bayu memerhatikan sahabatnya.

"Bacot!" Sungut Giral yang semakin merasakan pening di kepalanya.

Giral mengeluarkan sebatang rokok yang baru ia beli sebelum masuk ke tongkrongan. Belum sempat menyalakan korek, rokok itu sudah direbut oleh Revan.

"Kenapa jadi begini si lo?!" Sahut Revan tak menyangka bahwa Giral yang tidak pernah menyentuh minuman seperti itu, sekarang justru alkohol menjadi temannya.

"Bukan urusan lo," jawab Giral merebut kembali rokoknya dan mulai menyalakan putung rokok menggunakan korek api.

"Ral Arunika khawatir sama lo," ucap Naufal dengan alis bertaut.

"Halah! Peduli apa dia sama gue? Gue suruh jagain nyokap, malah pingsan," jawab Giral seraya mengebulkan asap rokok ke udara.

"Dia pingsan karena udah enggak kuat nahan beban yang dia terima di hari itu," sahut Dio memberi Giral pengertian.

Giral membuang rokok yang tadi ia nikmati ke lantai dan menginjaknya hingga rokok itu mati.

"Lo pikir gue kuat?! Gue sama kehilangannya sama dia!" Sungut Giral menatap marah pada Dio.

"Dia bukan cuma nerima kabar kalo bokap lo meninggal dan nyokap lo serangan jantung, tapi di hari yang sama Sagara juga ninggalin dia ke Belanda," jelas Revan yang sudah tak tahan lagi.

Giral menekuk alisnya menatap Revan. Apa dia tidak salah dengar? Sagara pergi meninggalkan adiknya di saat Arunika sangat membutuhkan kehadirannya?

Giral baru ingat, saat pemakaman Radan berlangsung ia sama sekali tidak melihat keberadaan Sagara.

"Kenapa lo baru ngomong sekarang anjing?!" Murka Giral. Ia berdiri sambil menatap tajam ke arah Revan.

"Gue pikir Arunika bakal cerita sama lo. Tapi ngeliat keadaan lo sekarang, gue rasa dia takut ngobrol sama lo," jawab Revan tak menghiraukan tatapan tajam yang Giral berikan.

ArunikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang